.
.
.
.
."Sayang, besok pernikahanku sama Widya diresmikan. Kamu beneran nggak papa kan?" ucap Anton sambil memeluk Indara di atas kasur. Raut wajahnya menunjukkan penyesalan yang dalam atas keputusan yang ia buat.
"Enggak papa, sayang. Kan kemarin aku sendiri yang bilang," jawab Indara sambil tersenyum, namun di ujung matanya meneteskan air mata.
Arista Widya Kusuma, yang biasa dipanggil Widya, akan menjadi bagian dari keluarga Magenta mulai besok. Entah bagaimana Anton mengenalnya, tetapi yang diketahui Indara adalah bahwa Widya adalah wanita yang membutuhkan uang untuk melunasi hutang-hutang orang tuanya yang telah meninggal. Widya mampu melakukan apa saja demi mencapai tujuannya. Dia adalah wanita yang terlihat sangat sederhana dengan paras yang kalem dan nyaman untuk dilihat.
Setelah pernikahan resmi, tidak ada yang berubah dari keseharian Anton. Sikap dan perilakunya terhadap Indara tetap sama seperti sebelumnya. Indara tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda. Namun, sebulan setelah pernikahan, Widya dikabarkan hamil, mengandung keturunan keluarga Magenta selanjutnya. Anton merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Setelah lima tahun menunggu, akhirnya buah hati yang akan meneruskan keturunan keluarga tiba.
Indara pun turut bahagia mendengar kabar tersebut, walaupun jauh di dasar hatinya ada rasa sakit yang sulit diterima. Indara mencoba menutupi perasaan sedih dan iri yang muncul. Ia selalu meyakinkan dirinya bahwa asalkan suaminya bahagia, itu sudah cukup. Kata-kata tersebut selalu ia pegang teguh untuk melewati fase tersulit dalam pernikahannya.
"Selamat ya, Wid!" ucap Indara sambil tersenyum dan mengelus perut Widya.
"Makasih, Indara! Anak ini juga anak kamu, oke?" kata Widya, membuat Indara mengangguk sambil tersenyum.
Memasuki bulan keempat kehamilan Widya, Indara mulai merasakan perubahan sikap Anton. Anton yang biasanya sepulang kerja langsung menuju kamar Indara, kini sering kali lebih memilih untuk berada di kamar Widya. Semula, Indara memaklumi, karena Widya membutuhkan dukungan dan perhatian dari Anton sebagai calon ayah. Namun, semakin hari, Anton semakin jarang berada di kamar Indara, bahkan untuk tidur bersama hanya beberapa kali dalam seminggu.
Saat memasuki bulan keempat, Anton hampir tidak pernah tidur di kamar Indara. Ia hanya datang untuk membersihkan diri atau mengambil dokumen pekerjaannya. Tidak ada lagi perhatian atau kasih sayang seperti dulu.
"Sayang?" panggil Indara saat melihat Anton masuk ke kamarnya mencari dokumen.
"Hmm?"
"Kamu ngapain?"
"Ini, nyari dokumen meeting bulan lalu."
"Oo," jawab Indara sambil mengangguk.
"Emm, sayang?" panggil Indara lagi.
"Iya, kenapa?"
"Udah sebulan loh kamu nggak tidur di kamar ini. Aku jadi kangen—"
"Sayang," potong Anton segera. "Kamu tahu kan, perut Widya sekarang udah mulai membesar? Udah masuk bulan keempat dia hamil, dan aku sebagai calon papa dari anak yang dikandung Widya, harus selalu ada di sampingnya dong? Masa gitu aja kamu nggak ngerti sih?" ucap Anton dengan nada yang membuat hati Indara panas. Matanya mulai basah oleh air mata yang ditahannya.
"Anak itu juga bakal jadi anak kamu kan nanti?" kata Anton, membuat Indara menunduk, menyembunyikan air matanya.
"Aku minta pengertiannya ya?" ucap Anton sambil mencium kepala Indara, lalu segera keluar, meninggalkan Indara yang sudah menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanfictionFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...