"Perintah dari Fenzo?" tanya Marcel."Iyalaah siapa lagi kalo bukan kakak kesayangan lu itu"
"Yaudah deh, gue mau mandi dulu gerah" ucap Jovan berdiri dari duduknya sambil membuka kancing lengan kemejanya.
Kedua mata Marcel terlihat terus memperhatikam gerak gerik Jovan yang sedang membuka kancing kemejanya. Tidak tau kenapa, Marcel tidak bisa mengalihkan pandangannya pada Jovan saat ini.
"Ape lu liat liat? Mau ikut mandi bareng?" tanya Jovan yang menyadari jika Marcel terus menatap dirinya.
"Sekali kali mulut lu ada baiknya gue sumpelin daripada dengerin bacotan gajelas dari mulut lu" Marcel menjawab celotehan Jovan lalu meninggalkannya terlebih dahulu untuk pergi ke kamarnya.
Jovan tertawa menggelengkan kepala melihat kepergian Marcel ke kamarnya.
"Orang orang di keluarga Magenta pada lucu lucu ya?" ucap Jovan tertawa kecil.
"Oh iya, gue harus nuntasin satu step lagi malem ini" Jovan mengambil handphonenya untuk menghubungi sesorang yang melanjutkan step rencana selanjutnya.
"Iya ini gue"
"Selesain sekaligus, kaya biasanya ya?"
"Okedeh sip sip"
Jovan menutup panggilannya lalu pergi ke kamarnya.
Marcel yang sudah berada di kamarnya, masih merasa kepanasan karna ucapan Jovan yang mengatakan jika dokternya itu yang mengobati luka luka diwajahnya.
Sebenarnya, Marcel memiliki niatan untuk pulang ke kediamannya, hanya untuk bertemu dokternya si Felicha.
Sudah dua hari Marcel tidak bertemu dengan Felicha. Padahal biasanya Marcel tidak menganggap penting keberadaan Felicha. Namun entah kenapa dua hari yang sudah ia lewati tanpa bertemu Felicha itu terasa sangat lama untuknya.
Namun, Marcel masih memikirkan tentang kalimat Jovan yang mengucapkan bahwa dia tidak segan untuk menghabisi orang yang menghalangi tujuannya. Ia juga sempat bertanya tentang Felicha, dan Jovan masih dengan jawaban yang sama, tidak melihat siapapun orangnya yang akan menghalangi tujuannya itu.
Walaupun memang kesannya Jovan hanya bercanda, Marcel tetap tidak bisa membiarkan Jovan bergerak diluar jangkauannya. Hal itulah yang membuat Marcel tetap bertahan dirumah Jovan untuk mengawasi pergerakannya secara langsung.
~
"Kamu ini kenapa Adrian?!""Bikin malu papa aja bisanya" Yudi memasuki ruangan Adrian, lalu melihat anaknya itu sedang menduduki kursi putarnya sambil memegangi kepalanya yang terlihat frustasi.
"Kamu gatau apa?! Itu puluhan orang nontonin kamu"
"Kamu lupa? Posisi kamu di rumah sakit ini apa?!"
Adrian hanya terdiam mendengarkan amarah papanya tanpa kembali menjawab ataupun bahkan menatap kearahnya.
Ia masih berusaha menahan amarahnya dengan mengingat perkataan Felicha yang selalu menyuruhnya untuk sebisa mungkin tidak melawan ketika kedua orang tuanya sedang memarahinya.
"Oh, kamu tadi nyebut nama cewe itu lagi. Kamu berhubungan lagi sama cewe murahan itu?!"
Brak!
"Pa!"
Adrian memukul keras meja kerjanya setelah mendengar nama Felicha disebutkan secara tidak pantas.
Ia mungkin sanggup untuk menahan semua ucapan kasar papanya dan hinaan dari papanya jika memang ditujukan untuk dirinya. Namun, jika nama Felicha disebut untuk dijadikan opsi lain untuk dikatai, Adrian tidak bisa terus diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanfictionFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...