"D-dok? Kita berhasil." unjuk Marcel mengangkat sebuah kamera cctv berukuran bulat kecil yang sudah tidak mengeluarkan sinar merah, tanda cctv yang telah mengintai ruangan tersebut telah rusak.
Melihat Marcel tersenyum sambil menahan rasa sakit, membuat tangisan Felicha makin menjadi. Ia menatap kedua tangannya yang terlihat semakin bergetar dengan hebatnya. Melihat psikiaternya saat ini penuh dengan rasa frustasi dan penyesalan, dengan segera Marcel membangunkan dirinya untuk pergi menenangkan Felicha yang seharusnya ia lakukan sejak awal kedua matanya menemukan keberadaan Felicha.
"D-dok?? Tenang, aku sekarang udah disini."
"Maafin semua perilaku aku ta--
Bugh!
Marcel menahan dialognya setelah mendapatkan beberapa pukulan keras mendarat di dada bidangnya. Tidak hanya itu, Felicha juga mencengkram dengan erat jaket Marcel mencari tatapan Marcel yang langsung mengarah kearahnya.
"Bajingan!!"
Ucap Felicha gemetar.
"Ka-kalo,-
hiks
"Kamu,
"Ma
hiks
"Ma-mati ditangan aku gimana Marcell!!!!"
Grepp
Marcel langsung mendekap Felicha dengan erat, membiarkan tangisan pelepasan itu membasahi sebagian jaketnya.
"Maafin gue dok, maafin gue." Marcel mengulangi kalimat permintaan maafnya yang kini turut ikut mengeluarkan benih air mata sebab tidak mampu melihat keadaan Felicha saat ini.
Sayangnya waktu untuk Marcel menenangkan tangisan psikiaternya itu, tidak bisa ia lakukan dengan jangka waktu yang lama mengingat situasi dimana mereka harus secepatnya keluar dari rumah Jovan.
"Dok, waktu kita sekarang ga banyak. Secepatnya ayo kita keluar dari sini."
Marcel menghentikan pelukannya sembari mengusap air mata Felicha dengan menatapnya pilu. Dengan berat hati Marcel menghentikan pelukannya melihat dokternya itu masih berada didalam tangisan pelepasannya.
Hal yang Marcel lakukan setelah mengusap air mata Felicha ialah, ia merogohi saku yang ada di jaketnya, untuk menemukan kunci borgol yang sempat diberi oleh mata mata Fenzo saat ia mengantar Marcel menemui Jovan.
Setelah mengeluarkan kunci borgol, Marcel membalikkan tubuhnya menghadap ke arah bi Sri, untuk membukakan borgol miliknya terlebih dulu.
"Bi, udah gue bilang kan? Jangan nambahin gue beban lagi. Kalo kaya gini, yang ngerasain sakit bibi sendiri kan??"
Bi Sri yang kini hanya bisa menatap haru kearah Marcel, menggerakkan tangannya yang tidak terkunci untuk meraih wajah Marcel lalu mengelusnya dengan perasaan yang membuatnya semakin merasa bersalah terhadap sesuatu yang belum diketahui Marcel.
"Maafin bibi den," ucap bi Sri menunduk malu.
"Udah, yang penting bibi sekarang udah aman."
"Maafin bibi den," kembali mengulang dialognya bi Sri makin menambah laju air matanya semakin deras.
"Bii??"
"Marcel?"
"Oh iya, sekarang giliran dokter." Kembali kepada Felicha, Marcel berusaha membuka borgol yang masih mengikat pergelangan tangan Felicha.
Setelah berhasil membukakan borgol, Marcel mengeluarkan handphone lipat milik sopir Adrian yang telah diminta sebelumnya oleh Adrian sendiri, sebagai alat komunikasi mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanficFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...