"Emang lu siapa gue?" Kata-kata itu terus berulang di telinga Felicha saat ia menatap kedatangan Adrian. Adrian, dengan sabar menunggu, mengulurkan tangan mengharapkan jabat tangan dari Felicha.
"Fel?" panggil Adrian, suaranya mengalun lembut, membangunkan Felicha dari lamunannya.
"Oh iya, kak," jawab Felicha dengan senyum canggung, menjabat tangan Adrian. Ia merasakan cengkeraman yang hangat dan kuat dari Adrian, mengingatkannya pada masa lalu mereka.
Adrian menarik kursi di sampingnya dengan gerakan anggun lalu duduk. Ia tidak langsung membahas topik serius yang telah disampaikan Felicha tadi malam, tetapi justru memulai dengan pertanyaan-pertanyaan ringan.
"Udah lama lu di sini, Fel?" tanya Adrian, pandangannya hangat.
"Gue telat lagi ya?" tambahnya, sambil tersenyum tipis.
"Btw, kalo kaya gini jadi flashback sama yang dulu-dulu yaaa. Jadi kang—"
"Kak," potong Felicha tiba-tiba, suaranya serius.
"Kayanya kita gak ada waktu buat bahas yang udah lalu. Mending kita langsung ke inti buat ngebahas apa yang udah gue ceritain tadi malem," ucap Felicha tegas, matanya fokus.
"Oh, oke," ucap Adrian yang terlihat sedikit terkejut, lalu terdiam sejenak, mengangguk pelan.
Mereka duduk di sebuah kafe kecil dengan suasana yang tenang. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara. Lampu-lampu temaram menambah kesan hangat, namun di antara mereka ada ketegangan yang tak terucapkan. Sedikit membahas apa yang telah Felicha sampaikan tadi malam, Adrian yang sejak tadi menyimak cerita Felicha, tiba-tiba meminta foto jasad sopir tersebut untuk memastikan dugaan Felicha sebelumnya.
"Lu ada foto jenazahnya gak, Fel?" tanya Adrian, suaranya rendah namun tegas.
"Enggak, Kak," jawab Felicha, menggeleng pelan.
"Nah, gue juga gak bisa langsung menyimpulkan kalo jasad itu memang bener ada kaitannya sama racun itu. Gue juga harus turun tangan buat neliti langsung," ucap Adrian menjelaskan, matanya menatap tajam.
"Terus gimana ya?" ucap Felicha sambil menggigit bibir bawahnya, matanya berkilat cemas.
"Temuin gue langsung sama jasad jenazahnya. Biar gue yang langsung nelitiin," ucap Adrian dengan yakin.
"Tapi kita gak bisa sembarangan kan buat turun tangan walaupun emang posisinya kita juga sama-sama dokter?? Apalagi si jenazah masih belum jelas identitas asli atau bahkan keluarganya," ucap Felicha, mencoba membuat Adrian mengerti.
"Rumah sakit mana sih?" tanya Adrian tiba-tiba, nadanya mendesak.
"Rumah Sakit Pratama," jawab Felicha dengan suara kecil.
"Yaudah, sekarang ayo langsung ke sana," ajak Adrian sambil berdiri.
"Ke mana??" tanya Felicha bingung.
"Rumah sakit lah, masa ke panti asuhan," ketus Adrian, suaranya tajam.
"Kan gue udah bilang sebelumnya, walaupun kita dokter, kita gak bisa seenaknya—"
"Siapa bilang?" jawab Adrian memotong perkataan Felicha dengan nada menyepelekan, matanya berkilat.
"Semua orang pun tau lah itu," ucap Felicha tak mau kalah, suaranya meninggi.
"Juga kan tuh rumah sakit punya bokap gue," ucap Adrian yang membuat mata Felicha membulat, terkejut.
"Masalah boleh ngganya, gampang. Gue punya banyak cara buat masuk," lanjut Adrian dengan tenang, berdiri dari tempat duduknya dengan gerakan yang penuh percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanficFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...