~ Kebahagiaan adalah seni bagaimana melepaskan kenangan pahit yang telah menjadi masa lalu pada pikiran setiap insan..
.
.
.
.
.
.
.Felicha sedang berfokus pada layar laptopnya, mengerjakan laporan praktik dengan penuh konsentrasi. Rambutnya terurai dengan poni sedikit berantakan, namun penampilannya tetap mempesona meski dalam kesibukan akademisnya. Dengan ditemani secangkir kopi, Felicha merasa lebih siap menghadapi tugas-tugas yang menumpuk.
"Feeeellll!" Teriakan seorang pria yang berlari ke arahnya memecah keheningan.
"Apa sih, kak!" Felicha memandang Adrian, yang kedatangannya membawa kegaduhan.
"Minggu depan gue udah kelar internship. Jadi gue bisa kerja di rumah sakit pilihan gue," ucap Adrian dengan semangat.
"Wih, keren lu kak, congrats ya!" Felicha ikut senang.
"Ah, masih kerenan lu sih Fel. Gue harus nunggu sepuluh tahun biar bisa sampai di posisi sekarang. Eh, lu cuma perlu tujuh tahun. Ga adil banget sih," ucap Adrian sambil menatap Felicha dengan tatapan sipit.
"Berarti lu kurang pinter kayak gue, kak," jawab Felicha dengan nada sedikit membanggakan dirinya.
"Ih, bener-bener lu ya," ucap Adrian sambil mengusap kasar kepala Felicha, membuat rambutnya yang terurai menjadi berantakan.
"Woy! Rambut gue!" Felicha langsung memukul tangan Adrian yang telah mengacaukan rambutnya itu. Karena rambutnya sudah terlanjur berantakan, Felicha mengambil karet rambut yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu mengikat rambutnya menjadi satu.
Di tengah-tengah Felicha mengikat rambutnya, Adrian menggeser laptop Felicha ke hadapannya untuk melihat apa yang sedang dikerjakannya. "Lu ngerjain apa sih?" ucap Adrian menatap layar laptop Felicha.
"Biasah, laporan praktikum," jawab Felicha santai.
"Dih, jaman lu masih ngerjain laporan kayak gini?" ucap Adrian menyepelekan, sambil mengembalikan laptop ke Felicha.
"Dih, lu belagu amat sih, mentang-mentang udah kelar bikin tugas kayak gini," balas Felicha dengan tatapan malas ke arah Adrian.
"Haha, seneng banget gue ngeliat lu emosi kayak gini," ledek Adrian. Felicha tidak memperdulikan ucapan Adrian dan kembali melanjutkan menulis laporannya.
"Fel, Fel," panggil Adrian. Felicha masih melanjutkan ketikannya tanpa memperdulikan panggilan Adrian di depannya.
"Feel, beneran ini, gue mau nanya."
"Hm?" Felicha hanya berdeham tanpa melihat ke arah Adrian.
"Lu kenapa kepingin jadi psikiater?" tanya Adrian serius. Felicha terdiam sejenak saat Adrian bertanya mengapa dia ingin menjadi psikiater. Matanya menatap layar laptop yang terbuka di depannya, namun pikirannya sedang berputar untuk mencari jawaban yang tepat.
"Kenapa gue pengen jadi psikiater?" Felicha mengulang pertanyaan Adrian dalam hatinya, mencoba merangkai kata-kata yang sesuai untuk menjawab.
"Kira-kira kenapa ya?" Felicha terlihat bingung.
"Kalo lu sendiri kenapa kepingin jadi forensik, kak?" tanya balik Felicha ke Adrian.
"Lah, si bocah ditanya malah nanya balik," ucap Adrian kesal menunggu jawaban Felicha.
"Kalo gue masuk forensik itu... mmm, kenapa ya?" tanya Adrian sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Bingung kan jawabnya? Nah, sama, gue juga. Nanti kalau lu udah tau jawabannya, baru gue kasih tau juga jawabannya," ucap Felicha sambil melanjutkan ketikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanfictionFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...