"Helooo yuhuuuu??""Gimana?? Bi Srinya udah gaada ya??"
"Yaiyalah, orang udah gue bungkus duluan sebelum lu pada dateng,"
"Walaupun pak Fenzo udah ngebut kek setan, tapi kasian malah ga dap--
Sett
Pranggg
Muak mendengar suara Jovan yang terdengar menikmati kekacauan yang ia sebabkan, Fenzo melempar handphone adiknya itu kearah pajangan rumahnya yang dipenuhi dengan benda benda bersifat kaca dan akrilik hingga membuat barang barang tersebut pecah berantakan, begitupun dengan rusak atau pecahnya layar handphone Marcel.
Marcel yang tidak habis pikir dengan tingkah kakak tirinya, segera mengarahkan kembali menatap Fenzo dengan pandangannya yang kesal. Anehnya mulut Marcel juga tidak bisa langsung melontarkan kekesalannya kepada Fenzo seperti yang biasa ia lakukan, karna perbuatan Fenzo secara tiba tiba itu mampu membuat seluruh tubuhnya ikut mematung tanpa sadar.
Adrian pun merasakan hal yang sama seperti Marcel rasakan saat ini. Hanya saja mulut Adrian sedikit terbuka karna amarah Fenzo yang baru saja ia luapkan, mampu membuat isi rumah yang sudah terlihat rusuh berantakan, menjadi lebih berantakan dua kali lipat dengan sebaran pepecahan kaca dan akrilik yang berserakan dilantai. Tentu saja hal secara tiba-tiba tersebut tidak pernah terlintas dalam pikiran Adrian sedikit pun.
"Lu kenapa siihh???!" ucap Marcel yang akhirnya mampu mengeluarkan suaranya, setelah berulang kali menelan salivanya.
Rasa bingung dan frustasi yang saat ini dirasakan Fenzo, sudah terlanjur memenuhi isi kepalanya yang membuat dirinya tidak segan untuk meluapkan emosi, hingga mencengkram rambut kepalanya dengan sangat kuat.
Mendengar pertanyaan Marcel yang baru saja didengar olehnya itu, membuat Fenzo menatap kearah Marcel dengan tatapan kosong.
"Mau tau juga, apa alasannya gue banting hp lu??" tanya Fenzo kehilangan akal sehatnya.
"Menurut lu, dia langsung tau kalo kita sekarang udah nyampe dirumah kenapa?" imbuh Fenzo yang membuat adik tirinya dan Adrian terlihat berfikir keras. Fenzo yang tak kuasa menopang tubuh frustasinya itu, berjalan kearah tangga untuk duduk disana, dengan pemandangan Marcel dan Adrian yang masih belum mengerti maksud dari perkataan Fenzo barusan.
Prangg, -- Tuuttt- tuutt
"Lah?" Jovan menatap layar handphonenya yang telah terputus panggilannya dengan panggilan Marcel. Setelah ia cek juga keberadaan posisi Marcel dari aplikasi penyadap yang sudah dari lama ia tanamkan tanpa sepengetahuan Marcel, juga mulai hilang bersamaan dengan suara pecahan yang berada diakhir panggilan tadi.
"Jangan bilang kalo penyadap gue udah ketahuan??" duga Jovan, dengan senyuman liciknya yang kembali terukir.
"Asli sih, otaknya Fenzo gaada duanya ketimbang otak si Marcel yang tolol itu. Setelah sekian lamanya gue nanemin penyadap di hpnya, bisa bisanya baru kali ini dia tau. Itupun juga gara gara Fenzo," imbuh Jovan sambil terkekeh puas.
"Kayanya Fenzo butuh dipisah dari kedua orang tolol itu deh. Itu si Adrian, walaupun profesinya dokter spesialis Forensik, kalo udah terlanjur emosi otaknya pun ga ada gunanya."
"ck ck ck, kasian pak Fenzo," ucap Jovan mnggelengkan kepalanya masih tersenyum puas.
"Maksudnya dia apasihhh??" tanya Marcel pada Adrian sambil melirik kearah Fenzo yang saat ini memegangi kepalanya dengan kedua tangannya yang masih terlihat frustasi.
Tanpa menjawab pertanyaan Marcel terlebih dahulu, Adrian coba putuskan untuk pergi kearah tempat dimana Fenzo membuang handphone milik Marcel. Setelah sampai ditempat yang berserakan dengan beberapa pecahan akrilik yang berserakan kemana mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanficFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...