e p i l o g

63 9 0
                                    

"Ini dimana?"

"Sayang?" sekujur tubuh Marcel mendadak mematung setelah mendengar suara yang sangat ia dambakan kehadirannya terdengar dari arah belakang punggungnya. Ia mulai membalikkan tubuhnya perlahan lahan, berharap agar keinginannya itu bukanlah haluannya semata.

"B-b-bun, b-bunda?"

"Iya sayang, ini bunda." Indara tersenyum haru menanggapi panggilan buah hatinya yang terdengar gugup.

"Bun-bundaaa," 

Marcel masih mengulangi dialognya yang kini hanya bisa memanggil Indara dengan sebutan bunda. Beribu beribu kata yang telah ia pendam untuk diutarakan langsung kepada Indara, mendadak terhilang dari ingatannya setelah melihat kehadiran langsung Indara didepannya. 

"Bun-bundaa"

"Iya sayang, pasti berat banget ya buat kamu?" 

Air mata yang sejak tadi masih berusaha untuk singgah ditempat asalnya, benar benar tertumpahkan setelah Indara bertanya mengenai kondisinya selama ini.

"Marcel, bunda bingung banget mau ngomong apa sama kamu, kalau bukan permintaan maaf bunda ke kamu sayang,"

"Maafin kesalahan fatal bunda yang buat kamu harus tumbuh dengan perasaan trauma akan kehilangan dan rasa benci yang terus tumbuh di hati kamu ya sayang,"  

"Bunda juga tau kalo permintaan maaf bunda ini memang gatau diri banget,"

"Tapi cuma kata maaf yang sanggup bunda lakuin dari tempat kaya gini." imbuh Indara ikut meneteskan air matanya.

"Bunda pengen banget peluk kamu sekarang. Ternyata kesayangan bunda udah sebesar dan sehebat ini."

"Tapi maaf, untuk saat ini bunda sama sekali gabisa nyentuh kamu."

"Kamu harus hidup lebih lama disana ya??" Tanya Indara memastikan.

"Sekarang tujuan kamu disana bukan bunda lagi sayang."

"Kamu udah punya dia kan??? Kamu harus jauh lebih bikin bangga dan bahagia psikiater kamu sekarang. Bunda bisa liat dari sini, kalo dia wanita yang paling tepat untuk kamu."

"Jadi sekarang, kamu fokus sama Felicha ya?"

"Te-terus, bunda gabakal datengin aku lagi setelah ini??" timpal Marcel memperlihatkan kegelisahannya.

"Bunda akan selalu datang dimimpi mimpi kamu selanjutnya, kalo itu memang keinginan kamu." 

"Walaupun waktu kita disini cuma dua menit, bunda akan selalu memperhatikan kamu dari kejauhan sayang."

"Bener Marcel. Jadi untuk sekarang, lu harus fokus sama kehidupan lu di dunia sana."

"Jadiin Felicha sebagai dunia dan tujuan lu untuk bertahan hidup." sambung Fenzo ikut bergabung.

"K-aak?"

"Gue disini bakal ngejagain bunda dan lu disana harus ngejagain Felicha."

"Oke??" Fenzo merangkul kedua pundak Indara yang masih mengeluarkan air mata menatap kearah kesayangannya dengan perasaan pilu.

"Waktu kita udah hampir habis Marcel."

"BUNDA?!"

"Oh iya terakhir, Selamat ulang tahun ya buah hati kesayangan bunda." 

Felicha tertegun mendengar cerita Marcel mengenai mimpinya saat bertemu Indara dan Fenzo. Ia mulai memahami mengapa akhir akhir ini sikap Marcel menyikapi keberadaan Felicha sangatlah berlebihan. Felicha juga dapat mengambil kesimpulan, jika sikap protektif Marcel akhir akhir ini memang bersumber dari perintah bundanya beberapa hari yang lalu. 

PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang