4 7 °

86 71 55
                                    

"Hhaah? Mak-maksudlu gimana??" tanya Jovan memasang wajahnya tidak paham.

"Lu sama gue kan dari awal emang punya tujuan yang sama. Walaupun kadang pikiran kita ga sejalan, setidaknya gue harus tau apa yang lagi lu rencanain atau ngelakuin sesuatu."

"Lu tau? Gue susah payah buat ngeyakinin Fenzo ataupun bersikap seakan akan lu sama gue ga pernah punya tujuan yang sama."

"Gue juga harus berusaha keliatan pinter diantara dua orang itu yang punya akal diluar nalar anjing!" ucap panjang Marcel yang makin menguatkan genggamannya yang sedang menggenggam kerah baju Jovan.

Mendengar penjelasan Marcel yang sebelumnya sempat tidak bisa dimengertinya, Jovan kini menatap kedua mata Marcel sambil melipat bibirnya kedalam lalu mengangguk anggukkan kepalanya. Layaknya ia telah paham dengan situasi saat ini.

"Sekarang, lu bisa ngelepasin gue kan?" tanya Jovan santai.

Sesudah Marcel melepaskan genggamannya dari kerah baju Jovan, ia sempatkan untuk menutup kedua matanya sambil menarik napasnya panjang.

"Terus, sekarang psikiater sama bi--

"Terus, lu ngurus si Fenzo, Adri--

Ucap bersamaan Marcel dengan Adrian saling berbenturan, hingga keduanya kembali terhening saling menatap satu sama lain.

"Lu mau tau gimana caranya gue ngurus mereka berdua?" ujar Marcel mengubah sudut pengelihatannya untuk mendekat dengan batas tembok didepannya yang terbuat dengan full kaca, dengan tujuan agar dirinya menjawab lebih dulu pertanyaan Jovan, sambil melihat ke arah pemandangan luar.

"Simpel aja sebenernya, singkatnya gue cuma kabur dari mereka."

"Kabur?"

"Setelah lu culik juga bi Sri, keadannya makin rumit. Fenzo yang makin kehilangan akal,  bener bener buat gue pusing. Dia mulai ngeasumsiin hal hal gajelas, pikirannya makin aneh, dan makin ga karuan. Dia juga minta penjelasan gue, tentang lu yang gue ketahui,"

"Kepalanya seakan akan mau pecah mikirin gimana caranya dia bisa nyelametin dua orang yang lu culik, tapi sayangnya seluruh tubuhnya itu bener bener lumpuh, gatau harus berbuat gimana lagi."

"Dari itu, gue buat rencana tipuan. Gue bilang ke dia, kalo gue ada ngelewatin petunjuk besar di rumah lu. Karna itu, gue bilang ke mereka buat balik lagi kerumah lu, untuk ngambil petunjuk yang udah gue lewati sebelumnya."

"Jadi, dari situ gue cepet cepet ninggalin mereka. Terus ngedatengin lu sekarang." Imbuh Marcel kembali menatap Jovan dibelakangnya.

"Emm boleh juga sih ide lu." timpal Jovan mengangguk anggukan kepalanya.

"Sekarang culikan lu itu, lu simpen dimana??" tanya Marcel penasaran.

"Tuh, di kamar yang itu." tunjuk Jovan santai.

"Dua duanya?" tanya kembali Marcel memastikan yang mendapatkan anggukan dari Jovan.

"Terus udah lu apain aja mereka? Udah lu mainin belum?"

"Apa?? Mainin??"

"Yaa u know lah maksudd gue." ujar Marcel sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Lu udah bikin mereka nangis kah? Atau ngenyiksa mereka mungkin?" imbuh Marcel sambil membenarkan gulungan lengan di jaketnya.

"Lu liat aja sendiri,"

"Yaudah mana sini pistol lu."

Tangan Marcel yang tiba tiba mengadah untuk meminta pistol Jovan tepat dihadapannya, membuat suasana diantara mereka kembali terhening untuk beberapa detik kemudian.

PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang