"Eh yang kemarin ya?" Adrian tersenyum ramah.
"Kena lu anjing sialan" batin Adrian kesal yang tertutup senyum diwajahnya.
Jovan tertawa kecil melihat Adrian yang masih berpura pura menampakkan wajah ramah kepadanya.
"Sesuai dugaan sih ini" Jovan menggaruk pelan kepalanya.
"Dokter Adrian?" panggil Jovan yang menghentikan Adrian ingin menutup gordennya kembali.
"Iya?"
"Kalau boleh saya tau, jenazah kemarin dipindahkan kemana ya?"
"Jenazah tersebut masih ada di rumah sakit ini, hanya saja saya pindahkan ke tempat yang lebih aman untuk penindakan selanjutnya"
"Bagaimana bisa jenazah tersebut bisa sesukanya untuk dipindahkan? Sedangkan yang menangani kasus jenazah tersebut adalah saya"
"Mungkin untuk yang kemarin kemarin memang anda. Tapi sekarang ada seseorang yang telah menangani kasus tersebut"
"Seseorang?" tanya Jovan menaikkan alisnya.
"Pak Fenzo dari keluarga Magenta"
Jovan terdiam mendengar nama Fenzo disebutkan. Ia berfikir bagaimana Fenzo tidak memberi tahunya sama sekali tentang hal ini.
"Fenzo sialan" batin Jovan kesal.
"Itu atasan anda bukan?" tanya Adrian membuat Jovan tersenyum.
"Aah ga kaget lagi sih, kalo pak Fenzo memang suka mendadak orangnya" Jovan tersenyum menutupi kekesalannya.
"Sebenarnya beliau juga tidak tau apa apa. Tapi karna saya meminta perizinan untuk menindak lanjuti sesuai arahan saya, beliau mengiyakan"
"Lalu kenapa anda ikut turut campur?" tanya Jovan mulai merubah ekspresinya.
"Karna saya menemukan sebuah kejanggalan pada tubuh jenazah. Untuk menemukan jawaban dari kejanggalan itu, saya perlu memindahkan jenazah ketempat yang lebih aman dari orang orang yang masih berniat buruk pada jenazah tersebut"
Jovan mengangguk anggukan kepalanya sambil melengkungkan bibirnya seraya menyepelekan perkataan Adrian barusan.
Jovan merasa perkataan Adrian barusan sangat ditujukan oleh dirinya. Mengingat ia ketahuan untuk kedua kalinya datang ke rumah sakit untuk mengincar jenazah tersebut.
"Bos! Lu tadi ngomong maksudnya apa sih?!" Anak buah Jovan memunculkan dirinya ditengah tengah Adrian dan Jovan yang sedang berada dengan dinginnya situasi.
"Aa dia ikutan lagi?" tanya Adrian menahan senyumannya.
"B-bos?" Anak buah Jovan terkejut melihat Adrian yang kini menemani Jovan.
Hmmmmh haaah
Jovan menghela nafas beratnya.
"Ayo kita cabut sekarang"
"Eh bentar dok, ada yang mau saya sampaikan" ucap Jovan yang menghentikan langkahnya untuk keluar dari tirai jenazah, lalu mendekat kearah telinga Adrian.
"Sebuah kesalahan besar dokter sialan kaya lu, ikut campur kasus gue kali ini. Berdoanya sering seringin ya? Berdoa semoga lu dikasih umur yang panjang wkwk" Jovan memundurkan tubuhnya sambil menepuk pundak Adrian sambil menatap kedua matanya tersenyum puas.
"Ayo ikut gue" perintah Jovan kepada anak buahnya untuk segera meninggalkan ruangan tersebut.
Ditengah tengah kekesalan perjalanannya menuju parkiran dirumah sakit, Jovan mengingat Felicha.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
Fiksi PenggemarFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...