2 5 ° / Ketakutan yang Tak Terucap

161 97 2
                                    


~Jika bintang dan rembulan dapat menemani atau memperindah langit malam, lalu bagimana dengan tiba tiba datangnya gumpalan awan mendung yang dapat membuat amarah dan tangisan langit hitam itu melalui munculnya petir dan turunnya hujan??

.
.
.
.
.

1995

"Sayangnya, Bunda. Ayo sarapan duluu. Belajarnya dilanjutkan nanti lagii," ucap Widya sambil membawa sepiring sarapan menuju area taman. Ia tahu betul bahwa Fenzo, anaknya, saat ini sedang sibuk dengan buku-buku dan alat tulisnya.

Diketahui bahwa anak dari Anton sebagai pewaris keluarga Magenta tersebut memang sangat menyukai untuuk belajar daripada bermain. Kebiasaannya itu sering kali membuat Widya, ibundanya, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, terheran-heran melihat betapa seriusnya anak kesayangannya itiu belajar sepanjang waktu.

"Sayang!" panggil Widya sambil menutup buku tulis Fenzo agar perhatian anaknya teralihkan. "Sarapan dulu, Bunda bilang," lanjutnya dengan nada gemas.

"Iya, Bundaa."

"Makanya bunda suapin Fenzo, biar Fenzo bisa lanjut nulis sambil makan," jawab Fenzo sambil membuka kembali buku yang telah ditutup Widya.

"Gak habis pikir Bunda sama anak kesayangan Bunda yang satu ini," ujar Widya sambil mulai menyuapi Fenzo. "Kok malah lebih suka belajar daripada main sih sayang?"

Fenzo menelan makanannya sebelum menjawab, "Kalau Fenzo mau main, Fenzo juga gak punya teman. Papa kan melarang Fenzo main sembarangan sama anak-anak diluar. Ya udah, mendingan Fenzo belajar aja, kan Bunda?"

Mendengar hal itu, Anton yang berada tidak jauh dari mereka, segera menyela sambil menggandeng tangan Indira, istri pertamanya yang sedang berdiri di sebelahnya. "Oke, kalau gitu, gimana kalau Papa kasih Fenzo teman untuk bermain?"

"Teman?" tanya Fenzo dengan mata berbinar penuh harap.

"Iya, teman," jawab Anton sambil tersenyum. "Tapi Fenzo harus sabar sampai temannya keluar dari perut Bunda Indira, ya?"

Anton berkata demikian sambil mengelus lembut perut Indira, membuat Widya mengerti arah pembicaraan itu. "M-mas? Indira?" tanyanya terbata-bata.

Indira tersenyum lebar dan mengangguk. "Iya, Wid. Aku hamil."

"S-serius? Wah, selamat ya!" Widya segera memeluk Indira dengan bahagia. Berita itu membuat hatinya ikut melonjak senang.

"Berarti, Fenzo mau punya adik, ya Bunda?" Fenzo menatap Widya dengan penuh harap.

"Iya, Sayang," jawab Widya sambil mengelus kepala anaknya dengan lembut.

Mendengar kabar itu, Fenzo langsung berlari ke arah Indira dan Anton dengan penuh semangat. "Bunda Indiraa, nanti dedek yang di perut Bunda Indira jadi adik dan teman Fenzo, ya?" tanyanya penuh antusias.

"Iya, Sayang. Nanti Fenzo punya teman dan adik. Jadi, sebagai kakak, Fenzo harus selalu jaga adiknya, ya?" jawab Indira sambil memeluk Fenzo dan mendekatkannya ke perutnya.

"Yeay! Nanti Fenzo jadi kakak dan punya teman main!" seru Fenzo girang.

"Tapi, eits, jangan main terus, dong. Belajarnya juga harus, nanti kan Fenzo yang ngajarin adiknya," tambah Anton sambil mengelus kepala Fenzo.

"Iya, Pa," jawab Fenzo dengan patuh.

Melihat tingkah laku Fenzo yang menggemaskan itu, Anton, Indira, dan Widya tidak bisa menahan senyum mereka. Kebahagiaan tampak menyelimuti keluarga kecil itu. Namun, jauh di lubuk hati Widya, ada bayangan yang tiba-tiba muncul dan mengusik pikirannya.

PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang