4 2 °

128 73 47
                                    

warning ya geisseu, chapter ini dipenuhi dengan kata kata kasar, makian dan adegan kekerasan.

~so, happy reading

"Mereka semua baik baik aja ko bi"

"Jadi bi Sri tenang aja"

Setelah mendengar dan melihat dengan jelas siapa sumber suara langkah pertama yang memasuki rumah dan mendekati dirinya itu, bi Sri membuka mulutnya dengan lebar sembari memundurkan langkahnya.

"D-den J-jovan???"

"Iya bii saya Jovan, sekretaris den Fenzo kesayangan bibi" ujar Jovan sambil melebarkan senyumannya.

Brak!

Karna bi Sri melangkahkan kakinya mundur dengan tubuh yang bergemetaran, tanpa sadar bi Sri menabrak pembatas tangga hingga dirinya terjatuh diatas lantai.

"Eh bi, kenapa bisa sampe jatuh kaya gitu??" Jovan memasang wajah khawatir lalu mendekat kearah bi Sri yang makin menampakkah wajah takutnya.

"J-jangan!-

Jovan berhenti melangkahkan kakinya setelah bi Sri berteriak untuk mencegahnya mendekat.

"J-jangan mendekat!!" ucap bi Sri mengimbuhi teriakannya.

"Lah kenapa bi?? Saya kan niat mau ngebantu bibi berdiri lagi. Masa gitu doang gaboleh sih bi?" tanya Jovan yang mulai mengubah nada bicaranya sembari tersenyum licik kearah bi Sri.

Terlihat beberapa kali bi Sri menatap kearah telpon rumah yang letaknya saat ini tidak begitu jauh dari tempat ia terjatuh. Bi Sri berniat untuk menghubungi Fenzo, jika orang yang sedang mereka cari itu mendatangkan dirinya langsung kerumah keluarga Magenta.

Namun saat ingin menjalankan rencana yang ia pikirkan barusan itu, bi Sri terlihat semakin gugup pasalnya ia baru menyadari dirinya dikelilingi oleh beberap pria berjaket kulit hitam, termasuk Jovan yang saat ini memimpin barisan tersebut.

Perlahan lahan bi Sri membangunkan dirinya sembari mengumpulkan keberaniannya yang ditelan oleh ketakutannya saat ini.

"Bi Srii??" panggil Jovan lembut.

"Pak Fenzo belum pulang dari kantor??" tanya Jovan sambil melangkahkan kakinya menuju pusat yang dari tadi bi Sri perhatikan.

"Biasanya jam segini kalo pak Fenzo ga ada meeting, udah pulang kan bi?? Soalnya kerjaan yang kalo menurutnya ga penting, semuanya dibuang ke aku bi. Jadi kerjaanku makin banyak deh"

"Keliatannya bi Sri khawatir deh. Mau nelfon pak Fenzo ya bi??" Fenzo mengangkat telpon rumah tersebut kearah bi Sri yang terkejut. Ternyata Jovan sejak tadi memperhatikan apa yang bi Sri tatap.

Karna tatapan bi Sri yang mengarah ke arah telpon rumah keluarga Magenta itu, Jovan berasumsi bahwa bi Sri ingin menelfon Fenzo untuk memberitahunya jika saat ini dirinya telah datang kerumahnya.

Bi Sri yang makin terpojokkan dan hanya bisa membekukan dirinya, tanpa bisa bergerak itu membuat Jovan mendatanginya dengan niat membantu membawakan telpon rumah tersebut kepada bi Sri.

"Ini bi, telponnya" ucap Jovan setelah berhadapan langsung dengan bi Sri.

Bi Sri makin mengeluarkan keringat dinginnya dengan jarak Jovan yang saat ini berada tepat dihadapannya.

"Ayo bii, ambil telponnya. Mumpung saya udah ambilin" Jovan kembali menyodorkan telpon rumah kepada bi Sri.

Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan bi Sri saat ini, terlihat tangan bi Sri mulai terangkat untuk mengambil telpon tersebut. Kegugupannya itu tidak bisa disembunyikan saat melihat getaran ditangannya yang ingin meraih telpon yang Jovan berikan langsung kepadanya.

PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang