4.Orang baru

797 114 17
                                    

Hampir 5 jam Jungwon tertidur dan sekarang dia terbangun, Jungwon mengucek matanya lalu melihat jam, ternyata sudah pukul 4 sore. Ibunya buka kedai mie dari jam 11 siang sampai jam 10 malam dan itu artinya masih ada waktu untuk menolong ibunya berjualan.

Tidak ingin membuang waktu, akhirnya Jungwonpun mandi dan bergegas pergi ke kedai ibunya. Jungwon pergi ke sana dengan menaiki sepeda, tatapan ceria dan ungkapan ramah selalu dilontarkannya kepada mereka yang berpapasan dengannya.

Saat masih di perjalanan, Jungwon melihat ada seorang anak dan seorang lelaki paruh baya yang dia yakini bahwa itu adalah Ayahnya. Hatinya terenyuh saat melihat anak itu tertawa bersama Ayahnya. Dia ingin merasakan seperti itu juga tapi tidak bisa.

"Uwon pengen kayak gitu juga," katanya lirih. Sesekali dia mengedipkan matanya agar air matanya tidak mengalir. Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan orang banyak.

"Ayah ke mana ya? Kok ga pernah liat Uwon."

"Uwon pengen ketemu sama Ayah," lirihnya dengan suara parau.

Sekedar informasi, Ayah Jungwon meninggalkan mereka untuk wanita lain, Ayah Jungwon itu seorang dokter jantung dan ibunya hanya pedagang mie di kedai kecil mereka. Entah setan apa yang menghasut Ayahnya sampai berpikiran untuk meninggalkan mereka berdua.

Mertua Ibunya atau Neneknya juga kurang menyukai Ibunya, mungkin karena orang yang tidak punya gelar. Apakah Ayahnya tetap menafkahinya? Dia tidak tau, karena itu semua hanya diatur oleh Ibunya.

"Apa Ayah malu punya anak cacat kayak Uwon?" Dia sadar dengan kecacatan yang dimilikinya, tapi haruskah mereka menjauh darinya?

"Tapi Uwon kan bukan orang jahat, Uwon baik kok, penurut juga, kenapa Ayah pergi ninggalin kita?"

"Tapi gapapa, suatu saat nanti Uwon harap, Uwon bakal ketemu sama ayah, biarpun untuk terakhir kalinya, Uwon berharap banget, tuhan tolong kabulkan doa Uwon ya, kalau tuhan ngabulin doa Uwon, entar Uwon kasih coklat deh yang banyak banget," ujarnya dan tak jarang orang menatapnya dengan bingung, tapi dia tidak memperdulikan itu semua, yang ada dipikirannya sekarang hanya ingin bertemu dengan ayahnya.

15 menit bersepeda, akhirnya dia sampai di kedai Ibunya, kedai mereka sangat ramai sampai Ibunya bahkan kelelahan. Dia menyesal datang jam segini, harusnya dia datang dari tadi ada Ibunya tidak terlalu capek seperti ini.

Jungwon langsung bergegas menemui Ibunya dan ikut membantu Ibunya menyiapkan mie, Ibunya yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, sementara Jungwon yang ditatap seperti itu hanya menunjukkan cengirannya. 20 menit kemudian akhirnya mereka bisa beristirahat.

"Kamu kok lama datang Won? Bunda capek tau, ngelayani mereka sambil nunggu kamu datang!" ujar Ibunya sambil bersandar di kursi.

"Hehe maaf Bun, tadi Uwon ngerjain pr, tapi malah ketiduran, sekali lagi maaf ya," kata Jungwon dengan nada penyesalan dan tak lupa saat ini dia sedang mengipaskan Ibunya agar capek Ibunya bisa hilang.

Ibunya yang mendengar itu hanya tersenyum dan mengacak rambut anaknya. Demi apapun, dia tidak pernah menyesal melahirkan Jungwon biarpun dia memiliki cacat, beberapa orang memang mencaci anaknya, tapi dia hanya diam saja dan dia juga akan membuktikan bahwa anaknya yang cacat ini akan menjadi orang sukses dan mengangkat derajatnya.

"Belajar yang rajin ya, ga usah mikirin bunda yang capek di sini, yang penting kamu belajar rajin dan bisa mendapatkan kesuksesan, Bunda berharap sama kamu Won, bmBunda pengen banget, mereka yang ngehina kita akan memuji kita suatu saat nanti," kata Ibunya sambil menitikkan air mata. Terkadang dia tidak terlalu bisa melindungi anaknya dari hinaan yang dilontarkan orang lain.

Hal itu membuatnya merasa gagal menjadi seorang ibu. Perceraiannya dengan suaminya membuat anaknya harus merasakan hidup dengan ekonomi yang pas-pasan. Tak jarang juga dia mendapatkan permintaan izin dari Jungwon untuk bekerja. Tapi dia tidak mau, dia tidak ingin kecacatan anaknya dimanfaatkan oleh orang lain.

☆RENJANA☆ [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang