"Bersyukurlah ketika ada orang yang mengkritikmu, karena secara tidak langung mereka menyuruhmu untuk menjadi lebih baik."
"Haruto masih idup kan lo?" Suara Doyoung yang menggelegar saat masuk ke ruangan Haruto membuat Haruto tersedak saat sedang minum.
"Uhuk ... iya masih ada nyawa guenya," ujar Haruto datar. Hidungnya terasa perih karena air minumnya sempat masuk ke hidungnya.
Doyoung menatap Haruto yang sedang duduk, dia menghampiri Haruto dan berdiri di sampingnya. "Keren To, lo cocok banget make pakaian Rumah sakit gini," canda Doyoung.
"Sembarangan lo Bang!" kata Haruto dan memukul pelan lengan Doyoung. Doyoung yang mendapat perlakuan itu hanya tertawa. Haruto tidak menggubris Doyoung dan perlahan-lahan turun dari brankar Rumah sakit.
"Mau ke mana lo?" tanya Doyoung, dia menatap Haruto yang sedang turun, berjaga-jaga kalau Haruto kenapa-napa dia bisa langsung membantunya.
"Mau ke kamar mandi," jawab Haruto. Dia mengambil sebuah sendal dan berjalan ke kamar mandi dengan hati-hati.
"Mau dibantu?" tawar Doyoung, dia merasa kasihan melihat kondisi Haruto saat ini. Haruto hanya menatapnya lalu menggelengkan kepalanya, kondisinya sudah jauh lebih baik dari semalam. Dia juga sudah bisa melakukan semuanya sendirian.
"Oh ya udah."
Sepeninggal Haruto, Doyoung naik ke atas brankar tadi dan berbaring di sana, rasa nyaman kini menghampiri tubuhnya. Dia juga menyalakan AC dan menyalakan televisi yang ada di sana.
"Nyaman banget," ujar Doyoung dan tersenyum. Suasana tenang dan dingin membuatnya mengantuk, tapi dia sebisa mungkin berusaha melawan kantuknya.
"Ga ada acara yang bagus!" cibirnya. Tangannya dari tadi mengotak-atik remot televisi, mencari tayangan yang bagus, tapi menurutnya semua tayangan yang ada di televisi membosankan.
Doyoung melemparkan remot televisi tadi dan menarik selimut Haruto, dia membungkus seluruh badannya, matanya juga menelisik ruangan Haruto. Tak lama kemudian saat Doyoung menatap ruangan Haruto, Haruto pun keluar dari kamar mandi dan menatap Doyoung sebal.
Haruto berjalan dengan kencang dan menarik Doyoung sehingga Doyoung terduduk. "Turun lo! Gue mau istirahat. Lo niat ga sih jenguk gue?"
"Sebenarnya enggak, gue cuman ngusir gabut aja makanya gue dateng ke sini," ujar Doyoung santai.
Haruto rasanya ingin menggeplak mulut Doyoung habis-habisan, sifatnya selalu santai terkadang membuat Haruto kesal sendiri. Lihatlah sekarang, dia yang sakit tapi Doyoung yang enak-enakan.
"Turun lo! Turun gue bilang!" Haruto tidak menyerah, dia menarik Doyoung agar Doyoung mau turun. Tapi Doyoung juga tidak menyerah dalam mempertahankan posisinya, ayolah tidakkah Haruto peka bahwa dia sedang ingin berbaring santai tanpa ada gangguan?
"Ga usah ditarik! Duduk aja lo sono di sofa, bisa jalan kan lo! Gegayaan mau tidur di brankar Rumah sakit, alay lo!" cibir Doyoung. Haruto menghela nafasnya, dia mendorong Doyoung sehingga Doyoung kembali terbaring sedangkan dia beralih duduk di sofa.
Kini hening menyelimuti mereka, Haruto ingin membuka mulutnya untuk berbicara tapi dia kembali menutupnya. Semua gerakannya itu dipantau Doyoung yang sedang berbaring dan menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
☆RENJANA☆ [END]✔
FanfictionIni Jungwon seorang remaja yang mempunyai kekurangan dalam pemikiran dan pendengarannya. Teman-temannya mengatainya idiot, tapi dia sendiri tidak merasa dirinya idiot. Jungwon selalu disisihkan di kelasnya bahkan selalu dibully karena kekurangan yan...