"Jangan terlalu percaya dengan orang lain karena bisa saja dia mengkhianatimu, juga jangan terlalu membanggakan orang lain. Karena bisa saja di suatu hari nanti dia lah orang pertama yang mengecewakanmu."
Haruto berjalan riang masuk ke sekolah, tidak ada yang ditakutinya biarpun beberapa hari yang lalu dia harus terdiam di Rumah sakit. Beberapa murid menyapanya, tentu saja Haruto membalas sapaan itu. Sikapnya sudah tidak sedingin dulu lagi, tapi jika ada yang menyakiti Jungwon maka dia yang akan maju paling depan untuk memberinya pelajaran.
"Udah dibilangin jangan sekolah dulu!" Suara yang berisi teguran itu membuat Haruto membalikkan badannya, di depannya kini terlihat Doyoung yang berdiri sambil melipat tangannya di dada dan menatap Haruto datar.
"Hehe maaf Bang, abisnya di rumah juga ga ada orang. Gue juga absennya udah banyak, ya udah sih mending gue sekolah," jawab Haruto dengan cengirannya. Doyoung menghela nafasnya dan menghampiri Haruto.
"Iya sih, tapi lo jangan terlalu kecapekan ya! Jaga diri juga, kalau ada apa-apa kasi tau gue!"
"Iya-iya, cerewet amat lo! Kayak ...."
Haruto tidak melanjutkan ucapannya dan memilih diam, dia lupa bahwa ibunya belum pernah mengurusnya saat dia sakit. Kecuali saat kecil, tapi saat remaja seperti ini dia tidak merasakan kasih sayang ibunya.
Doyoung menepuk pelan pundak Haruto, dia bingung kenapa Haruto menghentikan ucapannya. "Kayak apa To?"
Haruto menggelengkan kepalanya. "Enggak ga ada apa-apa Bang, udah pergi sono lo masuk kelas! Bentar lagi lo mau kelas XII!" ujar Haruto mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin melanjutkannya atau dia akan larut dalam kesedihan. Sudahlah Haruto capek menangis, dia ingin mencari cara agar tidak tahu lagi cara bersedih.
"Halah! Awas aja kalau lo kenapa-napa gue laporin lo ke Bang Shotaro!" ancam Doyoung membuat Haruto mencibir.
"Main ngancem ga seru!" seru Haruto dan pergi dari sana masuk ke kelasnya, dia meninggalkan Doyoung yang tertawa melihat sikap kekanakan Haruto.
***
"Sarapan lo bagus juga, udah ga bawa nasi goreng sampah ya lo! Kini bawa roti selai sama susu, wahh dah jadi orang kaya ya?"
Pagi ini Jungwon diganggu kembali oleh salah satu temannya, bukan Win dan antek-anteknya tapi ini orang lain. Orang yang juga membenci Jungwon tapi tidak berani masuk ke gengnya Win.
"Enggak kok," gumam Jungwon. Dia menatap sendu sarapannya yang diambil mereka. Salah satu siswa yang berambut hitam memasukkan tangannya ke kotak makan Jungwon dam meremas roti selai Jungwon hingga hancur.
"Ini makan nih," pintanya. Dia mengambil sedikit roti yang hancur tadi dan mendekatkannya ke mulut Jungwon.
Jungwon menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya, tangannya juga menepis mereka yang ingin mendekatinya. "Enggak! Uwon ga mau!" tolak Jungwon.
Melihat roti yang hancur itu membuatnya ingin muntah, dia jadi teringat saat Win menyuapinya makanan basi. Dia tidak ingin itu terjadi lagi.
"MAKAN GUE BILANG!" teriaknya.
"UWON GA MAU!" balas Jungwon dengan teriakan yang lebih kuat juga, beberapa orang yang ada di kelas tersebut menatapnya, mereka tidak menyangka Jungwon berani berteriak bahkan membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
☆RENJANA☆ [END]✔
Hayran KurguIni Jungwon seorang remaja yang mempunyai kekurangan dalam pemikiran dan pendengarannya. Teman-temannya mengatainya idiot, tapi dia sendiri tidak merasa dirinya idiot. Jungwon selalu disisihkan di kelasnya bahkan selalu dibully karena kekurangan yan...