17. Pendekatan.

523 88 4
                                    

Jay dan Jungwon berjalan di pinggir kota, tenang mereka sudah dapat izin kok dari Eunji. Tidak ada yang memulai percakapan, mereka berdua terdiam layaknya orang bisu, dinding kecanggungan sangat tebal sehingga membuat mereka seperti ini.

"Won," panggil Jay membuat Jungwon tersentak. Dia dari tadi tidak memikirkan apapun dan yang dilakukannya saat ini adalah menatap bunga yang ada di sampingnya.

"Iya?" jawab Jungwon dan sesekali pandangannya kembali menatap bunga yang ada di sampingnya.

"Lo gak curiga gitu, gue deket ama lo kayak gini?" Perkataan Jay membuat Jungwon menatapnya penuh bahkan tangannya kini tak lagi memegangi bunga tadi.

"Enggak," jawabnya polos sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa ga curiga?" tanya Jay.

"Hem menurut Uwon, orang baik itu ga pantes dicurigai, dia kan baik seharusnya orang jahat itu yang harus dicurigai, apa alasan sehingga dia jadi jahat, kalo orang baik kan ga harus punya alasan untuk jadi baik, lagian menurut Uwon semua orang itu baik kok," kata Jungwon panjang lebar.

"Kenapa lo nganggep semua orang itu baik?" Ucapan Jungwon yang mengatakan bahwa 'semua orang itu baik' membuat Jay sedikit tertarik dan menggalinya lebih dalam.

"Karena gini Bang, kalo Uwon pikir-pikir nih ye, ga ada manusia yang lahir ke dunia ini menjadi jahat. Dia jahat saat dia sudah punya umur, jadi secara tidak langsung semua orang itu baik kan? Mereka jahat juga ada alasannya, ga mungkin dong mereka jahat karena gabut."

Jay menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Jungwon, sedikit banyaknya masuk logika juga, tetapi pemikiran Jungwon tadi membuat Jay kasihan dan sedikit khawatir.

Pemikiran anak ini terlalu polos, dia mungkin tidak mengetahui kejahatan dunia yang sebenarnya dan bisa-bisanya dia mengatakan semua orang itu baik?

"Jadi Won lo ga curiga gitu tiba-tiba ngeliat gue baik gini? Secara kita kan ga kenal," tutur Jay.

"Uwon sama sekali ga curiga dan ga ada juga yang harus dicurigain," jawab Jungwon.

Ke-duanya kembali terdiam setelah percakapan tadi, tapi beberapa menit kemudian Jay kembali mengeluarkan suara dan berbicara kepada Jungwon. "Won kalo misalnya gue jadiin lo sebagai adik gue, lo mau gak?" tanya Jay to the point, dia menatap Jungwon yang sedang menatapnya balik dengan pandangan bingung.

"Bang Jay mau jadiin Uwon sebagai Adiknya Bang Jay?" tanya Jungwon memastikan ucapan Jay tadi dan ya ... dibalas anggukan oleh Jay.

"Tanya Bunda dulu deh, kalau Bunda izinin, Uwon bakal ikut aja." Jay terkesiap mendengar jawaban Jungwon, itu artinya dia harus berjuang lebih keras lagi, karena yang harus dia perjuangkan adalah restu Ibu Jungwon.

"Gitu ya?" tanya Jay.

"Hooh," jawab Jungwon dan setelah itu Jungwon melarikan diri dari Jay membuat Jay terkejut. Dia mengikuti arah lari Jungwon karena takut anak itu akan hilang.

Tapi ternyata, Jungwon berhenti di  depan penjual eskrim. Dia mengantri di sana dan untung saja antriannya tidak terlalu panjang. Jay yang melihat itu pun mengehela nafasnya lega, sempat khawatir tadi jika Jungwon akan hilang yang ada nanti dia malah dimarahi Eunji dan tidak dapat restu pula.

Sedangkan di penjual eskrim tadi, tiba saatnya Jungwon yang membeli. Dia pergi ke situ dan memesan eskrim yang diinginkannya, bahkan Jungwon tidak menanyakan harga eskrimnya. Saat ingin membayar dia mengeluarkan uang yang ada di sakunya dan uang itu tidak cukup untuk membayar eskrim tersebut.

"Ini Pak uang Uwon," kata Jungwon dan menyerahkan uangnya. Sang penjual merasa marah karena dia merasa bahwa Jungwon mempermainkannya.

"Apa kau ini bodoh! Uangmu tidak cukup untuk membeli es krimku ini, kau sudah dewasa tapi kenapa fikiranmu seperti anak-anak!" bentak si penjual tadi.

Jungwon mati-matian menahan tangisnya karena dia termasuk orang yang takut saat dibentak. "T-tapi Pak Uwon mau es krimnya," kata Jungwon dengan tergagap.

"Arghh! Apa kau ingin mempermainkanku? Kau sudah remaja dan tidak seharusnya kau bersikap seperti ini, sekarang pergi dari sini!" seru si penjual tadi dan mendorong bahu Jungwon sehingga Jungwon terdorong dan menjauh dari sana.

Jungwon melangkahkan kakinya pergi dari sana tanpa membawa es krim yang diinginkannya, bibirnya sesekali bergetar untuk menahan tangis tapi semuanya sia-sia tangisannya keluar begitu saja.

Bibirnya mengeluarkan suara isakan yang membuat beberapa orang menoleh ke arahnya dengan tatapan yang bermacam-macam. "Padahal Uwon cuma mau es krim, kenapa harus dibentak?" tanya Jungwon dan terisak. Dia bahkan melupakan fakta bahwa dia pergi bersama Jay. Jungwon meninggalkan Jay dan pergi tak tentu arah.

***

Jay melihat kejadian saat Jungwon dimarahi penjual es krim tadi, dia menggeram marah dan mendatangi penjual es krim tersebut. Dia bahkan membiarkan Jungwon pergi dari sana.

"Pak," panggil Jay membuat si tukang es krim menoleh ke arahnya dengan wajah ramah tapi dibalas tatapan datar dari Jay.

"Iya? Kamu mau mesan es krim?"

"Enggak," jawab Jay masih dengan wajah datar.

Si penjual es krim menatap Jay dengan bingung. "Cuman mau bilang aja, orang yang bapak bentak barusan tadi itu adik saya, dia punya kekurangan dan untuk bapaknya tolong kendalikan emosi dan jangan ringan tangan ya Pak," kata Jay. Setelah itu dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

Jay membayar es krim tersebut 2 kali lipat dari harga aslinya, dia hanya membayarnya tapi tidak mengambil es krimnya. "Ini bayaran untuk es krim adik saya, maaf kalau tadi membuat Bapak terganggu," ujarnya dan pergi menyusul Jungwon meninggalkan si penjual es krim yang tercengang.

"Jungwon!" panggil Jay, tapi Jungwon sama sekali tidak menoleh, dia masih tetap terus berjalan tanpa arah dan sesekali mengusap air matanya.

"Jungwon berhenti dulu gue capek lari," kata Jay dan akhirnya Jungwon berhenti. Dia berbalik menatap Jay yang sedang berlari ke arahnya.

"Lo masih nangis? Udah masalah tadi ga usah di ingat, gue udah kasih pelajaran tuh ama penjual es krimnya," ujar Jay dan tersenyum.

Sedangkan Jungwon dia masih terdiam dan tak berniat menjawab ucapan Jay. "Kalau enggak gini aja deh, gue tau ada penjual es krim yang enak banget, kita ke sana aja mau?" tawar Jay.

Jungwon menatapnya dan berkata, "Tempatnya pasti mahal, Uwon ga ada duit," jawab Jungwon.

"Masalah duit biar gue yang ngatur, sekarang lo gue bawa ke sana, ayo," ajak Jay. Dia menarik tangan Jungwon dan pergi ke tempat Jay meninggalkan kendaraannya.

Sebuah senyum terpatri di wajah Jay, dirinya akan semangat untuk berjuang agar Jungwon bisa menjadi adiknya. Jay sangat menyayangi Jungwon biarpun anak itu ada kekurangannya.

Dia tidak mempermasalahkan itu semua, asalkan Jungwon orang baik dan mau menjadi saudaranya saja sudah membuatnya bahagia bukan main. Saat sampai di tempat di mana Jay meletakkan kendaraannya, dia langsung pergi dari sana.

Yuhuu double up
Makin ke sini makin gaje.

Tgl penulisan: Ming(Malam Sen, 16 Mei 2021)
Pukul              :22.41 Wib

sudah aku capek.

☆RENJANA☆ [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang