44. Keadaan Jungwon

491 62 26
                                    

Haruto dari tadi gelisah, sudah beberapa jam dia menunggu Jungwon tapi Jungwon tidak bangun juga. Untuk luka yang ada di tubuh Jungwon, dia sudah mengoleskan sedikit salep agar lukanya bisa sembuh. Begitu juga dengan pergelangan tangan Jungwon, dia sudah memberikan obat cair.

"Jungwon bangun kek lo," kata Haruto dengan raut wajah yang gelisah. Dari tadi dia menggigit kukunya.

"Mereka ngasih lo apa sih Won, kok lo bisa selama ini tidurnya," lanjutnya. Sekedar info Haruto membawa Jungwon ke rumahnya, dia bingung dan kalut sehingga tanpa sadar dia membawa Jungwon ke rumahnya dan sekarang Jungwon sedang berbaring di kamarnya. Bahkan sampai sekarang dia tidak memanggil dokter.

"Bangun ya Won, gue ga tega liat lo lemah gini. Bangun ga lo Won! Besok gue mau ngajak lo ngerjain tugas sejarah, eh asal lo tau ya tugas kita belum siap dan kita bentar lagi ujian, emangnya lo ga mau nilai kita merah? Kalo gue sih ogah banget!"

Haruto sengaja berkata panjang lebar agar Jungwon mendengarnya dan berharap Jungwon akan bangun, Haruto seperti berbicara dengan orang yang sedang koma.

"Jungwon, bangun. Bangun Won ... bangun, kalo lo ga bangun si Win sama antek-anteknya bakal gue bunuh!"

Haruto mengusap air matanya saat Jungwon tak kunjung bangun, seketika dia ingat bahwa dia belum makan.

"Bentar ya Won, gue keluar dulu mau makan. Bangun lo biar kita makan sama-sama!"  Haruto pun keluar dari kamarnya berniat untuk memasak ramen dan akan kembali ke kamar menemani Jungwon hingga sadar.

Haruto memasak ramennya dengan kurang fokus, dia masih memikirkan keadaan Jungwon dan saat Jungwon sadar nanti maka dia akan meminta penjelasan.

Tak berapa lama ramen Haruto sudah selesai dan dia membawanya ke dalam kamarnya. Dia memakan ramennya dengan hati-hati dengan posisi di samping Jungwon. Sesekali saat memakannya Haruto menatap ke arah Jungwon, memastikan temannya itu sudah bangun atau belum.

Saat sedang memakan ramennya yang panas saat itu juga Jungwon membuka matanya, Haruto mebelalakkan matanya dan tanpa sengaja dia memasukkan ramen panasnya ke dalam mulutnya sehingga lidahnya terbakar.

"Akkh lidah gue!" Haruto dengan cepat mengambil airnya dan meminumnya. Ramen panas yang dimakan Haruto tadi kembali dia muntahkan ke tempatnya, setelah ini Haruto mungkin akan membuat ramen baru.

"JUNGWON AKHIRNYA LO BANGUN!" Haruto berteriak karena sangkin senangnya, bahkan tanpa keraguan sedikitpun Haruto memeluk Jungwon yang masih lemah.

Jungwon meringis saat badan besar Haruto memeluknya. Ingin melepasnya tapi tidak tega, melihat Haruto yang ceria menyambutnya membuat Jungwon bahagia. Tidak menyangka bahwa orang yang dulu membencinya kini sangat menyayanginya.

Dengan perlahan Jungwon membalas pelukan Haruto, dia mengusap punggung dengan lembut. Haruto melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. Tak lupa Haruto menarik ingusnya yang ingin keluar karena menangis.

"Jungwon gue khawatir banget tau nggak, abisnya lo dari tadi ga bangun-bangun sih! Ga tau apa jantung gue sakit!" lirih Haruto. Jungwon tidak dapat mendengar ucapan Haruto karena alat bantu pendengarnya belum diganti.

Haruto pun paham dan mengetikkan ucapannya tadi di ponselnya. Jungwon terkekeh saat membaca pesan Haruto.

"Hehe maaf ya, Uwon tadi tidurnya enak banget bahkan Uwon udah berdoa supaya ga bangun lagi," gumam Jungwon yang masih terdengar Haruto. Jungwon masih belum bisa berbicara dengan kuat karena dia masih lemah.

"Hush mulutnya!" seru Haruto, Jungwon hanya menatap Haruto sendu saat dia bisa membaca pergerakan mulut Haruto.

Demi apapun dia tidak ingin kehilangan temannya yang satu ini.  Rasanya pasti akan sangat menyakitkan mengingat di antara semua teman Haruto, yang tulus berteman dengannya hanyalah Jungwon dan Doyoung.

☆RENJANA☆ [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang