37. Hyeri dan Joyeong bertengkar

339 54 13
                                    

Prang

"Kau dari tadi tidak fokus denganku, apa karena anak kesayanganmu itu? Ha?"

Suara pecahan kaca yang nyaring memenuhi rumah megah itu. Sejak mereka pulang dari membeli kue, pasangan suami istri itu berdebat hanya karena masalah sepele. Iya sepele, tapi tidak untuk Hyeri. Sejak tadi Joyeong tidak fokus mengurusnya membuat Hyeri geram.

Joyeong hanya tidak memasukkan potongan kue yang mereka beli tadi ke mulut Hyeri dengan tepat. Pandangannya tidak mengarah ke wajah Hyeri dan dia melamun. Hanya itu, tapi Hyeri membuatnya marah dan membanting salah satu benda yang ada di sana.

Dia masih memikirkan pertemuannya dengan anaknya tadi. Dia merasa bersalah karena membentak anaknya, tapi mau bagaimana lagi. Setiap dia mengingat ataupun bertemu dengan anaknya, maka kenangan buruk itu juga ikut menghantuinya.

"Apa maksudmu Hyeri? Jangan membawa-bawa anakku!" jawab Joyeong. Biarpun dia membuang anaknya, tapi dia tidak suka jika anak pertamanya dibawa-bawa ke dalam masalah rumah tangga mereka. Anak itu tidak bersalah, bahkan dia tidak datang ke kehidupannya lalu kenapa Hyeri membawa Jungwon dalam perdebatan mereka?

Hyeri tertawa remeh. Dia melipatkan tangannya di dada dan berkata, "Iya, kau sekarang membela anakmu itu, apa kau sudah tidak menyayangiku lagi? Apa kau sangat menyayangi anak dari istri pertamamu itu? Yang cacat itu?"

Suara lantang itu terdengar di setiap penjuru rumah mereka, sangat nyaring sehingga siapapun yang mendengarnya akan buru-buru menutup telinga mereka.

Joyeong memejamkan matanya guna menahan emosi, saat ini istrinya sedang hamil dan dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan istrinya dan anaknya. Tapi mungkin istrinya ini tidak mengerti.

"Dia bahkan membawa aib ke dalam kehidupanmu dan kau membelanya! Asal kau tau, karena bertemu anak itulah kau jadi seperti ini! Apa kau tidak peduli denganku lagi? Kalau iya katakan dengan jelas supaya setelah anak ini lahir aku bisa mengurus surat cerai ke pengadilan!"

Cukup sudah! Joyeong tidak tahan, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi ingin memukul Hyeri. Tapi dia tersadar atas apa yang dilakukannya, dengan cepat dia menurunkan tangannya dan mengusap wajahnya dengan kasar.

Kini Joyeong memegang bahu istrinya itu yang sedang menatapnya tajam, dia menatap istrinya lembut agar istrinya itu tidak marah lagi. Tapi sepertinya tidak mempan, Hyeri tetap menatapnya tajam dan membuang tangan Joyeong yang bertengger di bahunya dengan kasar.

"Singkirkan tangan kotormu itu tuan Yang!" caci Hyeri dengan suara lirih.

"Orang tuaku bahkan tidak pernah mengangkat tangannya untukku, tapi kau? Yang berstatus suamiku berani berbuat seperti itu padaku!"

Joyeong berdiri tegak dan menghela nafas, dia harus berusaha sabar. Bagaimanapun dia harus meluruskan masalah ini.

"Dengar Hyeri, aku minta maaf jika kau kesal denganku, tapi ku mohon jangan ucapkan kata perceraian di kehidupan rumah tangga kita. Kau tau aku tidak menyukai itu!" ucap Joyeong lembut, tapi Hyeri malah membuang muka. Dia sangat emosi karena sikap Joyeong tadi.

"Kita tidak akan bercerai sampai kapanpun ingat itu!"

"Juga Hyeri, aku minta maaf jika kau tidak suka saat aku bertemu dengan anakku. Karena kecerobohanku kau jadi seperti ini, tolong jangan banyak marah. Kandunganmu sudah menginjak 9 bulan, hanya tinggal sedikit lagi maka kau akan melahirkan. Ku mohon jangan seperti ini," ujar Joyeong lirih.

Dia menundukkan pandangannya, entah dia yang terlalu cengeng atau karena beban yang dipikulnya terlalu berat, dia menangis saat mengatakan itu. Dia hanya capek, saat pulang ke rumah berharap akan istirahat dan tertawa bahagia bersama istrinya. Tapi tidak bisa, karena dia bertemu dengan Jungwon membuatnya menghadapi masalah ini.

'Gara-gara anak sialan itu aku jadi bertengkar dengan istriku! Awas kau anak sialan, aku akan memberimu pelajaran!' batin Joyeong. Rasa bersalahnya kini hilang dan kembali diganti denga rasa kebencian.

Saat dia tidak mendapati suara istrinya itu, Joyeong pun mengangkat kepalanya dan dapat dia lihat istrinya juga menangis. Dari tadi Hyeri menggigit bibirnya supaya tidak terdengar isakan.

Joyeong ingin memeluk istrinya dan menenangkannya tapi Hyeri menjauh. Dia mengambil tasnya yang berisi ponsel dan beberapa lembar uang lalu pergi dari sana.

Joyeong mengejar istrinya, bagaimanapun istrinya sedang hamil dan dia takut jika istrinya itu kenapa-napa. Melihat gelagatnya dia tau bahwa istrinya akan pergi ke suatu tempat, dia takut anak mereka akan kenapa-napa.

"Hyeri ku bilang berhenti!"

Ucapan Joyeong tidak di dengarkan Hyeri, dia tetap berjalan ke arah pintu dengan cepat. Air matanya dari tadi mengalir, bahkan rasa sakit itu kembali memenuhi dadanya.

"Hyeri apa kau tidak mendengarku! Ku bilang berhenti!"

Berhasil! Hyeri akhirnya berhenti dan berbalik menatap Joyeong. "Aku akan menenangkan diriku sebentar di taman, jadi tolong jangan ikuti aku! Biarkan aku menikmati waktuku sendirian!" titah Hyeri. Dia pun melangkahkan kakinya pergi dari sana, meninggalkan Joyeong yang lagi-lagi menghela nafas.

Dengan kandungan seperti itu dia takut istrinya akan kenapa-napa, tapi mau bagaimana lagi. Jika dilanggar maka Hyeri akan mendiamkannya lebih lama lagi, dia tidak ingin itu terjadi karena dia sangat mencintai istrinya itu.

Joyeong kembali pergi ke ruang tamu tempat mereka bercengkrama tadi, Joyeong jongkok dan mengambil foto mereka yang bingkainya sudah pecah. Iya yang dibanting Hyeri tadi adalah foto mereka berempat, foto Joyeong, Hyeri, anaknya dan janinnya.

Dia mengusap foto tersebut dan tersenyum miris, dia hanya berdoa semoga saja keluarganya tidak pecah seperti bingkai ini. Mengenai Jungwon, entahlah dia bingung, terkadang dia merindukan anaknya dan terkadang dia membencinya.

Saat sedang melamun, Joyeong mendengar suara langkah kaki yang keluar dari ruang game. Ah itu adalah anaknya yang baru selesai bermain game ataupun istrihat sebentar.

"Nak apa kau bermain game lagi? Jangan terlalu banyak bermain game, main game boleh tapi jangan lupa belajar!"

Bocah laki-laki tadi yang ingin berjalan ke dapur menghentikan langkahnya dan menatap Ayahnya. "Ayah terkadang mengikuti semua yang kumau dan yang kusuka, juga terkadang melarangku ini-itu! Kenapa Ayah tidak seperti Ibu saja? Selalu membiarkanku melakukan apapun yang ku mau dan mendukungku setiap saat!"

Joyeong menatap anaknya tidak percaya, kenapa anaknya bisa berbicara seperti itu?

"Bukan seperti itu, hanya saja Ayah ingin kau mengimbanginya," tutur Joyeong lembut.

Sementara anaknya memicingkan matanya dan berkata, "Sudahlah Ayah selalu melarangku ini-itu. Tidak seperti Ibu, aku bahkan terkadang muak ketika Ayah pulang ke rumah. Ayah selalu mengekangku dan aku membenci Itu. Jujur saja aku lebih menyukai Ibu dari pada Ayah!" cerca anaknya dan pergi dari sana. Sedangkan Joyeong terdiam mendengar itu semua.

Bagaimana bisa anak sebesar itu mengatakan itu kepada Ayahnya? Joyeong selalu mengajarinya sopan santun tapi anaknya tidak menunaikannya. Dia tau ini pasti pengajaran Hyeri yang menyayangi anaknya, sampai lupa mana rasa sayang dan mana yang tidak.

Joyeong tentu sakit hati mendengar penuturan anaknya. Dia tidak menyangka bahwa anaknya sanggup membandingkannya dengan istrinya, padahal mereka sama-sama orang tuanya.

Apa benar Joyeong terlalu mengekang anaknya? Sepertinya tidak, dia sengaja melakukan itu untuk kebaikan anaknya. Tapi sepertinya anaknya itu tidak paham karena tertutupi oleh ajaran istrinya.

Dia ingin marah? Iya. Ingin menampar mulut jahat anaknya? Iya.Tapi tidak bisa, dia sangat menyayangi mereka sehingga tidak berani berbuat jauh selain teguran kecil yang dia berikan.

Jika dia membicarakan masalah ini dengan istrinya, maka mereka akan berdebat seperti ini. Anaknya pasti tidak mendengar perkelahian mereka karena fokus bermain game, ataupun dia berpura-pura tidak tahu?

Sudahlah! Joyeong lelah dan dia akan menenangkan pikirannya dengan cara mandi. Biarkan masalah ini dulu, nanti dia akan menyelesaikannya dengan cara yang terbaik.

Tgl penulisan: Sen 28 Jun 2021
Pukul              :14.22 Wib

See you. Btw kuotaku mau hbis dan ak tidak puny uang:)

☆RENJANA☆ [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang