Jay meletakkan masakannya di depan Daniel. Tidak ada yang spesial, dia hanya memasak nasi goreng kimchi untuk anak itu. Daniel menatap makanan tersebut sambil tersenyum bahagia, perutnya sudah lapar dan kini dia akan langsung memakan nasi goreng kimchi ini.
Tapi sebelum makan, dia memanggil Jay yang sedang berjalan kembali ke dapur untuk meletakkan apronnya. "Bang Jay," panggil Daniel.
"Hm?" sahut Jay dan berbalik ke arah Daniel.
"Itu tadi lo dipanggil Om, disuruh ke kamarnya," jelas Daniel.
Jay mendengar itu pun bingung, ada apa sebenarnya sehingga Ayahnya menyuruhnya pergi ke kamarnya. "Hm okelah, gue pergi dulu, habisin itu makanannya! Kalo gak gue usir lo dari sini!" tegas Jay.
"Iya elah, gini doang gampang ini mah, bakalan habis juga, udah sana lo! Entar Om marah tau rasa!" Jay tidak menanggapi perkataan Daniel dan pergi ke kamar Ayahnya.
Sesampainya di kamar Ayahnya, Jay langsung masuk tanpa mengetuk pintunya, toh pintunya terbuka. Sedangkan Bae Joo yang mendengar suara langkah kaki pun menatap orang yang masuk ke dalam kamarnya dengan terburu-buru.
"Kau ini, selalu saja masuk tanpa mengetuk pintu!" ungkap Bae Joo.
"Hehe maaf Pa, soalnya Jay bingung ngapain Papa nyuruh Jay ke sini?" terang Jay. Dia berjalan mendekati Ayahnya yang sedang duduk di atas kasur.
"Duduklah," pinta Bae Joo sambil menepuk kasurnya.
Jay mengikuti perintah Ayahnya dan duduk di kasur tersebut. Dia duduk menghadap Ayahnya. Jay juga melihat ada berkas yang dia tidak ketahui sedang terletak di tengah-tengah mereka berdua.
"Papa sudah mendapatkan informasi tentang Jungwon." Jay terkejut mendengar ucapan Ayahnya. Dari mana dia tau?
"Ayah mendengar kau berbicara sendiri saat di kamarmu," kata Bae Joo seolah tau apa yang dipikirkan anaknya.
Jay hanya menganggukkan kepalanya kemudian diam saja membiarkan Ayahnya berbicara, dia tidak berniat menjawabnya dan membiarkan Ayahnya menyelesaikan ucapannya sampai selesai.
"Dia Yang Jungwon, seseorang yang tuli dan idiot, Ibunya bekerja sebagai pedagang mie dan Ayahnya dokter spesialis jantung. Tapi Ibu dan Ayahnya sudah bercerai saat Jungwon berusia 7 tahun."
Jay terkejut mendengar fakta itu, dia tidak tau bahwa Jungwon memiliki kehidupan sesuram itu. Sejenak dia kagum dengan anak itu, kalau Jay berada di posisinya mungkin dia akan menyerah duluan.
"Lalu?" tanya Jay. Dia masih tidak paham apa motif Ayahnya yang menyuruhnya datang ke sini.
"Apa kau yakin ingin menjadikannya sebagai adikmu?" ujar Bae Joo dengan serius.
"Yakin," balas Jay tak kalah serius lagi. Kini hanya ada wajah serius yang terpasang di muka mereka. Suasana kamar Bae Joo bahkan menjadi tegang ditambah dengan raut wajah dan nada bicara mereka.
Sejenak Bae Joo ragu ingin mengatakan ini pada Jay, dia takut anaknya akan terisnggung tapi dia harus melakukan ini. Dia ingin melihat seberapa seriusnya Jay terhadap keputusan yang dia ambil.
"Kau tidak ingin menjadikannya dia sebagai mainanmu karena kekurangannya kan?" Bae Joo mengatakan itu dengan satu tarikan nafas, dia yakin anaknya paham dengan perkataannya. Dapat dilihat raut wajah Jay berubah mengeras dan tangan yang terkepal erat.
"Papa meragukan Jay?" lirih Jay. Urat-urat yang ada di tangannya bermunculan membuat Bae Joo meringis. Seharusnya dia tidak mengatakan ini tadi.
"Tidak Jay, Papa hanya-"
"Apa segitu tidak percayanya Papa dengan Jay sehingga Papa bertanya tentang itu semua?" potong Jay. Matanya memancarakan kesedihan dan raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
☆RENJANA☆ [END]✔
FanfictionIni Jungwon seorang remaja yang mempunyai kekurangan dalam pemikiran dan pendengarannya. Teman-temannya mengatainya idiot, tapi dia sendiri tidak merasa dirinya idiot. Jungwon selalu disisihkan di kelasnya bahkan selalu dibully karena kekurangan yan...