Jake saat ini sedang duduk di bangku taman sendirian, keadaan sangat ramai tapi dia merasa kesepian, entah apa yang membuatnya merasakan itu semua. Tangannya dari tadi menatap ponselnya, entah hal apa yang sangat menarik sehingga dia menatap ponselnya begitu lamat.
Ocehan-ocehan orang yang memuji ketampanannya tidak dia pedulikan, bahkan ocehan anak kecil sekalipun dia menganggap itu semua angin lalu. Di ponselnya dia menatap foto mereka tadi, foto mereka bersama setelah merayakan acara Jungwon.
Di foto itu terlihat Jungwon tersenyum sangat lebar, namun Jake tidak menyukai senyum itu. Menurutnya itu senyum terbodoh yang pernah dia lihat sepanjang hidupnya.
"Orang kek elo ga pantes ada di jajaran orang normal kayak kita!"
"Masih heran gue kok bisa sia Jay bawa dia ke rumah lo dan jadiin lo adek angkat."
Emosi Jake ikut meluap saat dia menatap foto itu dengan sangat lama. Senyum Jungwon tercetak jelas di matanya, dia benar-benar membenci anak tidak bersalah itu.
"Hufht, entahlah Won. Gue benci aja ngeliat orang abnormal kayak lo ikut gabung di pertemanan kita, andai aja lo normal Won pasti gue udah nerima lo dengan lapang dada," hina Jake dan tersenyum sinis.
Dia mematikan ponselnya dan melemparkannya ke rumput halaman tersebut. Tidak peduli jika ada yang mengambil ponselnya itu, biarkan saja toh dia bisa membeli yang baru. Bila ponsel itu hilang dia akan bersyukur itu artinya foto mereka juga ikut hilang. Ingin menghapusnya tidak tega, tapi kalau tidak dihapus maka dia akan kesal melihat muka Jungwon yang tersimpan rapi di ponselnya.
Jake menatap lurus dengan mata yang memancarkan emosi, benar-benar rasa bencinya bersatu dengan emosinya dan kini menguasai badannya.
"Kadang pengen gue cabut itu alat pendengaran lo, habis itu gue suruh semua tempat ataupun Rumah sakit yang punya alat pendengar itu untuk enggak mengasih alat itu lagi pada lo!"
"Biar aja lo cacat seumur hidup, toh itu bagus. Gak akan ada yang mau nerima lo, karena lo bakal cacat seumur hidup!"
Jake tertawa setelah mendengar ucapannya, beberapa orang yang berlalu lalang di sana menatap Jake aneh. Bahkan ada salah satu ibu-ibu yang menarik anaknya lebih jauh lagi, takut jika orang gila itu akan mengincar anaknya, iya dia menganggap Jake orang gila karena berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
Merasa orang-orang menatap ke arahnya dia pun kembali mendatarkan wajahnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tanpa dia sadari seseorang mengamatinya dari jauh dan akhirnya seseorang datang kepadanya dan menyapanya.
"Hai, mau bekerja sama?"
****
Hyeri berjalan dengan kesal, berkali-kali dia menghentakkan kakinya dan meluapkannya ke aspal yang tidak bernyawa itu. Perbuatan Joyeong kepadanya itu di luar pemikirannya.
Sudah hampir 10 tahun mereka menikah dan baru kali ini Joyeong berani mengangkat tangannya, itu juga karena Jungwon anak pertamanya.
Mengingat Jungwon dia semakin kesal, kala Joyeong tidak terima anaknya dikatai cacat.
"Aku hanya mengucapkan fakta dan memperjelas semuanya di depan Joyeong, tapi kenapa dia semarah itu?" kata Hyeri tanpa rasa bersalah.
Bukankah itu benar, Hyeri hanya mengatakan kebenaran tapi Joyeong sangat marah menanggapi itu.
"Apa dia sudah tidak menyayangi anakku lagi? Hufth harus memakai cara apa aku supaya Jungwon itu pergi sejauh mungkin dari hidup Joyeong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
☆RENJANA☆ [END]✔
FanfictionIni Jungwon seorang remaja yang mempunyai kekurangan dalam pemikiran dan pendengarannya. Teman-temannya mengatainya idiot, tapi dia sendiri tidak merasa dirinya idiot. Jungwon selalu disisihkan di kelasnya bahkan selalu dibully karena kekurangan yan...