59. Siapa dia?

365 57 24
                                    

"Tetap tersenyum dan tertawa terbahak-bahak walaupun nasibmu, takdirmu dan kehidupanmu menyuruhmu untuk bersedih."

Haruto masuk ke halaman sekolah, Doyoung sudah terlebih dahulu masuk saat bertemu dengan Sunoo tadi. Dia berjalan biasa saja layaknya tidak ada apa-apa biarpun di dalam hatinya terbesit rasa gelisah, pikirannya berkecamuk.

Semua masalah seolah-olah tidak memberikannya waktu untuk berfikir tenang sedikit saja. Dia memikirkan mengenai ibunya, Jungwon, kehidupannya ke depannya bagaimana. Semua itu difikirkannya sampai membuat kepalanya sakit.

"Eh hai orang miskin," sapa Dohyon dengan tersenyum mengejek. Dia merangkul Haruto seolah-olah mereka masih akrab seperti itu.

Haruto yang mendengar itu juga ikut tersenyum, lihatlah dia akan membalas cacian ini sepedas mungkin! Supaya orang di depannya ini tau caranya bercermin.

"Oh hai orang kaya yang masih menumpang di rumah orang," kata Haruto dengan senyum ramah. Dapat dia lihat raut wajah Dohyon seketika berubah dan menatapnya tajam, dia tidak takut sekaligus tidak peduli.

Sebelumnya Haruto memang mencari beberapa informasi mengenai Jungwon, itu juga cuman rumah Jungwon dan kedai ibunya. Pada saat itu juga dia melihat Dohyon yang sering duduk di kedai mie Eunji, makan di sana dan tertawa bersama. Bahkan dia juga pernah melihat Dohyon masuk ke rumah Jungwon dan menutup pintunya.

Berhari-hari seperti itu, Haruto mengintainya secara diam-diam, dari situ dia bisa menyimpulkan bahwa Dohyon memang menumpang di rumah Eunji. Tapi dia tidak tahu itu sampai kapan.

"Gimana masih sanggup ngasi uang ke si Win gak? Apa jangan-jangan lo ngutang? Masa sih! Katanya orang kaya tapi bayar utang kok lama-lama!" sindir Haruto.

Dohyon yang mendengar itu melepaskan rangkulannya dan mendorong bahu Haruto. Dia merasa tidak senang dengan ucapan Haruto yang menghinanya.

"Wes selo, kan gue cuman nanya. Kok marah sih?"

Dohyon semakin kesal melihat Haruto yang terus menerus mengejeknya. Rasanya dia ingin merobek mulut anak itu supaya dia berhenti berbicara.

"Itu bukan urusan lo orang miskin! Ayah lo aja kerjaannya ga bener, ibu lo lari entah ke mana. Pantesan anaknya kayak gini! Urus noh mereka supaya lo bisa dapat pengajaran baik!" caci Dohyon. Haruto yang tidak suka ketika nama ibunya dibawa-bawa pun menarik kerah baju Dohyon.

"Jangan bawa-bawa ibu gue bangs*t!" seru Haruto. Dohyon hanya menatapnya datar dan menghempaskan tangan Haruto.

"Lo sendiri punya mama, wujudnya keliatan tapi kok ga bisa ngurus anaknya dengan becus! Ahh apa lo datang ke rumah Jungwon buat nyari perhatian dari ibunya karena lo ga dapat semua itu dari mama lo? Kasian banget ck ck ck."

Haruto tersenyum miris dan menggelengkan kepalanya, seolah-olah merasa kasihan dengan nasib Dohyon yang buruk. Sementara Dohyon diam-diam mengepalkan tangannya, sepertinya semua orang akan tetap mengejeknya seperti ini.

"Gue ga punya ibu tapi setidaknya ibu gue ga pernah ngajarin gue buat caper ke orang lain, sampai numpang lagi di rumah orang ya ... karena gue sendiri punya rumah sih!" kata Haruto datar. Lihatlah, Dohyon salah mencari lawan dia bahkan tidak bisa menjawab ucapan Haruto yang mungkin menusuk hatinya dan memenuhi otaknya.

"Haruto!" Teriakan seseorang membuat mereka berdua menoleh. Haruto menyambutnya ramah tapi berbeda dengan Dohyon yang bertambah kesal, hancur sudah paginya yang indah ini.

☆RENJANA☆ [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang