71. Apa mereka kalah?

365 57 34
                                    

Sunghoon dan yang lainnya masuk ke dalam rumah, di depan rumah mereka dicegat pengawal dengan kasar. Polisi tadi akan masuk saat mereka sudah masuk terlebih dahulu, agar tidak ada yang curiga dengan itu semua.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Pergilah atau aku akan membunuh kalian semua!" bentak pengawal tadi.

"Kami ingin-"

Bugh

Dua orang pengawal tadi seketika pingsan karena dipukul menggunakan batu oleh Doyoung dan Sunoo. Mereka bernafas lega saat pengawal tadi pingsan dan belum ada yang mengetahui mereka.

"Kerja bagus anak-anak," ucap polisi Choi. Mereka melewati kandang singa di mana singa itu sedang tertidur.

Rasanya sangat menegangkan saat melewati singa yang terkenal begitu menyeramkan kini harus dilewati dengan rasa keterpaksaan.

"Jaga-jaga, aku yakin pasti masih banyak lagi penjaga yang menjaga tempat ini," ucap polisi Choi.

Dengan langkah yang pelan mereka masuk ke halaman rumah tadi, di depan pintu tidak ada satupun penjaga membuat Shotaro tersenyum senang, sepertinya pekerjaan mereka akan dipermudah.

"Ayo bersembunyi, aku melihat ada penjaga yang berdiri di tembok itu," ujar salah stu polisi. Mereka yang mendengar itu bergegas bersembunyi di balik beberapa pohon dan batu besar juga semak-semak.

Ternyata benar, tak lama kemudian ada cahaya senter yang mereka yakini dari pengawal tadi. Bersyukur mereka sudah bersembunyi dan cahaya itu tidak mengenai mereka.

Geonu mengintip sedikit dari balik pohon dan ternyata pengawal itu sudah tidak ada lagi. Dia bernafas lega dan ke luar dari persembunyiannya diikuti dengan teman-temannya.

Dengan cepat mereka semua masuk ke dalam ruangan itu dan tanpa sengaja Doyoung bertemu dengan pengawal di depannya. Badannya begitu tegap sehingga Doyoung merasa ketakutan.

"Apa kau mau bersedekah malam ini? Bagian mana yang ingin kau berikan kepada kami?" tanya pengawal itu. Dia menatap tubuh Doyoung dari atas ke bawah dan tersenyum miring.

Dor

"Tubuhmu lebih bagus untuk digunakan dari pada tubuh anak ini," ucap polisi Choi. Pengawal tadi terbaring tidak berdaya di bawah mereka.

"Lo gapapa?" tanya Sunoo. Dia menatap sekujur badan Doyoung, takut anak itu akan lecet walau hanya sedikit.

"Gue ... gue gapapa," jawab Doyoung. Jantungnya begitu sakit dan kakinya tidak berdaya saat berhadapan dengan orang berbadan besar itu.

"Keknya kita nyari masalah deh," ujar Jeongwoo. Beberapa pengawal langsung berdatangan ke arah mereka dengan senjata di tangan mereka.

Polisi Choi mengambil 3 pistol di badan orang yang ditembaknya tadi dan melemparnya ke arah Sunghoon, Shotaro dan Geonu.

"Kalian make itu yang lainnya gunakan tangan ataupun yang lainnya," kata polisi Choi. Mereka menganggukkan kepalanya dan bersiap-siap untuk berkelahi malam ini.

Tangan dan mata Sunghoon fokus kepada lawannya yang sangat ramai, dia tidak takut sedikitpun untuk menghadapi ini semua. Dia harus berkorban demi menyelamatkan temannya.

"Akan kupastikan wajah mulusmu hilang dalam sekejap mata karena pistol dan pisauku ini!"

Sunghoon terkekeh dan memutar bola matanya mendengar itu, ayolah dia tidak suka omongan tapi langsung pergerakan, karena itu lebih menyenangkan.

"Benarkah? Kalo begitu ayo kita buktikan bersama wahai orang bodoh!" caci Sunghoon. Pengawal itu menggeram marah dan menembak Sunggoon, bersyukur Sunghoon mengelak dari tembakan itu dan nyawanya baik-baik saja.

☆RENJANA☆ [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang