9. Kembali Jatuh

6K 249 16
                                    

||Bab Sembilan||

||Bab Sembilan||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAN!"

Aurora langsung melotot tatkala menyadari Alaskar tengah menghampiri ia dan Rakan. Susah payah ia menelan salivanya karena melihat Alaskar menampilkan ekspresi yang sulit untuk ditafsirkan.

"Woi, Bro!" Rakan dengan santai malah bangkit dari duduknya dan membuka lebar telapak tangannya, mengajak Alaskar berselebrasi seakan tidak terjadi apa-apa di antara mereka.

Alaskar membalas selebrasi Rakan, "Telat, lo?" tanyanya retorik.

Rakan tersenyum sinis, lalu menonjok bahu Alaskar pelan. "Enggak ngeledek, njing!" kata Rakan, lalu menoleh pada Aurora yang masih duduk dan mengamati interaksi keduanya. "Gue duluan, Ra. Mau dhuha soalnya."

Aurora mengangguk, "Iya, Kan."

Setelahnya, Rakan berpamitan juga pada Alaskar dan barulah cowok itu bergegas pergi, menyisakan Aurora yang tengah ketar-ketir karena ditatap oleh Alaskar sebegitu intens.

"Kenapa telat?" tanya Alaskar to the point seraya duduk di samping Aurora, di tempat Rakan sebelumnya. Suara lembut laki-laki itu mampu membuat nafas Aurora tercekat.

"H-ha?" Seperti orang bodoh, Aurora terlihat grogi.

Alaskar menghela nafasnya berat, paham mengapa Aurora bersikap demikian kepadanya. Kemudian, tangannya merogoh sesuatu yang ada di dalam saku celana, lalu memberikannya kepada Aurora. "Makan rotinya!" titah Alaskar halus.

Aurora mengernyit, semakin kaget karena diperlakukan oleh Alaskar seperti ini. Tidak biasanya Alaskar bersikap selembut ini kepadanya.

Pandangan Aurora turun, mendapati sebuah roti keju cokelat. "B-buat aku?" Aurora menunjuk dirinya sendiri.

Masih menunjukkan raut datar, Alaskar mengangguk. "Hmm... sarapan dulu."

Dengan ragu dan rasa bingung, Aurora menerima roti tersebut dan membukanya. "K-kamu tau dari mana aku belum makan?"

"Tadi gue dikasih Netta. Tapi, udah kenyang, jadi gue simpen."

Penuturan Alaskar berhasil membuat Aurora tertawa getir dalam hati. Untung saja ia belum berpikiran bahwa Alaskar memang sengaja membelikan roti ini kepadanya. Jika tidak, mungkin Aurora akan sakit hati untuk kesekian kalinya.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang