24|Terbongkar

7.3K 255 6
                                    

||Bab Dua Puluh Empat||

"Sama seperti hubungan kita, rahasia juga bersifat fana."
~Aurora~

"CK! Terus, lo percaya gitu sama dia?" tanya Lea sarkastik setelah mendengar cerita Aurora barusan. "Lo percaya kalau Alaskar bakal jauhin Netta demi lo?"

Pernyataan Lea langsung disambut pukulan pelan dari Mauren. "Ish, Le! Lo itu harusnya berusaha bikin Aurora positih thinking. Bukan malah kayak gini!"

Sebelum membalas perkataan sahabatnya, Lea merotasikan bola matanya malas dahulu. "Buat apa berpikiran positif sama hal yang enggak pasti? Kita itu harusnya realistis aja, Ren."

"Tapi, kita kan, enggak tau. Barang kali, Alaskar emang udah mau berubah, kan?"

"Dari dulu juga bilangnya dia mau berubah, kan?" sahut Lea seraya berkacak pinggang di atas kasur Aurora.

Kebetulan, ketiga gadis itu memang tengah berkumpul di penthouse Aurora karena sang empu meminta keduanya untuk datang pada sore hari.

"Ya kan, sekarang dia ngomong dari mulutnya langsung."

"Mulut manusia itu enggak bisa dipercaya, Ren.

"Lo enggak boleh ngomong gitu, Le! Namanya manusia___"

"Shtttt!!!" Aurora yang mulai jengah langsung menginterupsi perdebatan kedua sahabatnya frustasi. "Udah diem!"

Mauren dan Lea menurut. Keduanya langsung diam begitu Aurora memberikan titah.

"Gue sejujurnya emang enggak percaya sama Alaskar. Tapi, apa salahnya kan, kasih dia kesempatan?" ujar Aurora menatap kedua sahabatnya bergantian.

Kepala Mauren mengangguk setuju. Kedua jempol gadis itu mengacung, menyetujui ucapan Aurora. Tak lupa ia menampilkan senyum yang menyebalkan di mata Lea.

"Ish! Liat aja sih, kalau misalnya lo dibikin nangis lagi sama dia, gue bakalan hantam itu cowok pake batu koral," dengkus Lea melipat kedua kakinya dan menempelkannya pada dada.

"Siap, Le!" Aurora terkekeh, "Btw, makasih banyak, ya, karena kalian mau dengerin cerita gue hari ini. Gue seneng banget. Gue pikir, kalian bakal enggak mau dateng karena udah sore."

"Ya enggak lah, anjir!" sahut Mauren menyibakkan rambutnya ke belakang. "Lagian, gue juga enggak punya alasan enggak datang. Karena, kan, enggak punya pacar."

"Nyindir, lo?!" sewot Lea sinis dibalas kekehan oleh Aurora dan Mauren.

"Tapi, Le. Gue mau tanya," kata Mauren kembali serius. Membuat Lea dan Aurora menjadikan gadis itu sebagai satu-satunya sentral atensi. "Rasa benci lo, sama Hamada... masih ada?"

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang