60|Terungkap dan Tertangkap

3.9K 132 2
                                    

"ADA Polisi yang mau ketemu Bapak di depan," ujar Pak Jaya dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal lantaran berlari dari luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ADA Polisi yang mau ketemu Bapak di depan," ujar Pak Jaya dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal lantaran berlari dari luar.

Tangan Fathan mengepal kuat. Dugaannya benar. Sontak, mata elangnya menyorot Alaskar dan Ghea bergantian. Sementara itu, yang ditatap hanya menunjukkan raut tidak berdosa. Membuat Fathan semakin kesal tentunya.

"Pa, kamu ada masalah di kantor?" tanya Melan cemas seraya bangkit dari duduknya, lalu mengambil punggung tangan suaminya yang sudah berdiri lebih dulu.

Fathan menatap istrinya, lalu mengulas sebuah senyum tipis sembari mengusap tangan istrinya-menenangkan. "Enggak papa, Sayang. Paling, cuman ada salah paham aja."

"Kalau salah paham, kayaknya enggak mungkin Polisi sampai dateng ke sini. Pasti, mereka udah melakukan penyelidikan sebelum menangkap pelaku kriminal, kan?" ujar Ghea menekankan kata 'pelaku kriminal' pada kalimatnya. Membuat semua orang yang ada di sana menjadikannya sebagai sentral atensi.

"Tante, Ghea," tegur Aurora pelan sambil menyentuh punggung tangan Tantenya.

"Setahu Tante sih gitu, Ra," ucap Ghea melirik Aurora santai, tetapi terkesan menyebalkan di mata Fathan dan Melan.

"Pa, kayaknya Papa harus ke depan dulu buat nemuin Polisinya," kata Alaskar tenang-seakan tidak khawatir sama sekali jika Papanya ditangkap oleh Polisi.

Kepalan tangan Fathan semakin menguat begitu mendengar penuturan anaknya sendiri. Bahkan, urat-urat leher pria itu sudah bermunculan. Berikut dengan dadanya yang mulai naik turun sebab nafasnya yang mulai tidak beraturan.

"Alaskar?" Melan menatap Alaskar skeptis. Merasa ada yang aneh antara putra dan suaminya.

Fathan mengembuskan nafasnya panjang. Sekon selanjutnya, ia mencium kening Melan membuat Melan membeku di tempat.

"Maaf kalau selama ini aku nggak bisa jadi suami yang baik buat kamu," ucap Fathan pelan setelah mencium kening istrinya.

Melan bergeming di tempat. Matanya berkaca-kaca dengan sorot penuh tanya. Bingung. "P-pa... J-jangan bilang kalau kamu-"

"Bapak Fathan Mahanta?" Suara Polisi yang berasal dari depan ruang makan berhasil menginterupsi drama kecil antara keluarga ini.

Aurora, Alaskar, dan Ghea sama-sama bangkit dari duduknya. Wajah Aurora dan Melan terlihat sangat tegang. Sedangkan Ghea terlihat sangat tenang dan santai seperti sebelum-sebelumnya.

Lalu, Alaskar? Raut wajah remaja itu sukar diartikan. Bahkan, kini tangannya sudah mengepal kuat di sisi tubuh.

"Iya, saya sendiri," sahut Fathan tegas hendak maju melangkah, tetapi tangannya dicekal oleh Melan.

Merasakan cekalan yang tidak akan dilepas, Fathan kembali melengos panjang dan menoleh ke belakang. "Ma? Aku bakalan baik-baik aja."

Kepala Melan menggeleng. Bulir air mata sudah jatuh membasahi pipinya. "Jelasin sama aku, apa maksudnya semua ini?!" serak Melan.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang