8. Rakan

5.1K 241 6
                                    

Bab Delapan


PUKUL 20.30 WIB. Alaskar baru sampai di rumahnya setelah mengantar Aurora ke unit apartemen tempat gadis itu tinggal.

Wajah Alaskar terlihat tenang ketika ia membuka pintu utama, namun tidak dengan hatinya. Jantung Alaskar berdebar tak keruan lantaran ia yakin seratus persen jika Melan akan menginterogasinya saat ini.

Alaskar melangkah memasuki ruang tengah, hendak langsung menaiki anak tangga tanpa mau bertemu Melan terlebih dahulu. Namun, sayangnya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak pada Alaskar. Cowok itu justru mendapati sang Bunda tengah duduk di sofa single.

Sial! Keadaan mendesak dirinya untuk mendekati Melan.

Susah payah Alaskar menelan salivanya, "B-bunda," Alaskar menghampiri Melan dan mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Duduk!" titah Melan dingin, membuat Alaskar sedikit terkejut.

"A-alaskar mau sholat isya dulu, Bun," dalih Alaskar mencari alasan agar tidak dimarahi oleh Bundanya sendiri.

"Bunda enggak akan lama," tukas Melan tanpa memandang Alaskar. Pandangannya terus lurus ke depan, menciptakan aura seram padanya.

Alaskar berdecap pelan, lalu ia segera duduk di sofa lain yang letaknya tak jauh dari tempat Melan duduk.

Kepala Alaskar terus menunduk, tidak berani melihat Bundanya.

"Sejak kapan, Alaskar?" tanya Melan ambigu.

Alaskar mendongak. Keningnya mengernyit tak mengerti dengan maksud ucapan Bundanya sendiri. "S-sejak kapan apanya?" tanya lelaki itu seperti orang bodoh.

Giliran Melan yang menoleh ke arah Alaskar. Sorot dingin masih dilayangkan olehnya khusus untuk putranya sendiri. "Sejak kapan kamu bohongin Aurora?"

Alaskar tertegun, melihat tatapan kecewa Bundanya membuat perasaan bersalah mencuat dari benak Alaskar. Ia benci melihat sorot kecewa itu. Sejak kecil, ia berusaha untuk tidak membuat Bundanya kecewa. Namun, ketika sudah remaja, hal yang tidak ia inginkan justru terjadi.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang