69|She Was Died

11.8K 239 9
                                    

Hi! Temen-temen. Akhirnya, kita udah memasuki bab paling akhir, nih.

Jadi, jangan lupa untuk vote dan comment, ya!!!

Berdasarkan, sub judul bab ini, kalian udah bisa tebak, kan, gimana endingnya? Ehehehe

Langsung aja yuk, dibaca!

||Bab Enam Puluh Sembilan||

TIDAK sia-sia tawaran Aurora untuk Ghea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TIDAK sia-sia tawaran Aurora untuk Ghea. Setelah pengacara keluarga Alaskar berbicara dengan pengacara Ghea, akhirnya wanita itu menyetujui permintaan Aurora untuk bertemu.

Sekarang, keduanya sedang duduk berhadapan di ruang jenguk. Karena masih berada di Polsek, Ghea diperkenankan untuk menggunakan pakaian bebas. Pakaian oranye yang identik dengan pakaian tahanan hanya digunakan ketika tersangka kejahatan sedang melakukan siaran pers bersama polisi.

Aurora meletakkan kedua tangannya di atas paha seraya menatap Ghea dengan sorot mata yang sukar diartikan. Kedua sudut bibir gadis itu terangkat naik membentuk sebuah senyum. Senyum yang sangat tulus untuk diberikan pada Tantenya. Ya. Tantenya. Satu-satunya keluarga yang masih Aurora punya hingga sekarang.

"Apa kabar, Tante Ghea?" tanya Aurora menggunakan suaranya bergetar.

"Baik," jawab Ghea terdengar ketus. Wanita itu memalingkan wajahnya seolah tidak mau melihat ke arah Aurora.

Namun, Aurora tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ghea mau berbicara kepadanya saja sudah membuat Aurora senang.

"Tante tau, nggak, waktu Tante selamatin Aurora dan bilang kalau Tante adalah adiknya Bunda, Aurora rasanya senang banget," ujar Aurora menceritakan. Tatapan gadis itu hampa, menyorot ke meja yang memisahkan duduk antara Aurora dan Ghea. "Aurora bahagia. Karena, ternyata Aurora masih punya keluarga yang masih hidup."

"Aurora pikir, Aurora bakalan hidup sebatang kara sampai akhir hayat Aurora nanti," lanjut Aurora. Getaran dalam suaranya semakin terdengar jelas.

Bahkan, Ghea bisa merasakan itu hingga jantungnya turut bergemuruh. Merasakan kepedihan dan kekecewaan yang dialami oleh Aurora.

"Tapi, ternyata enggak. Aurora masih punya Tante yang baik sama Aurora," katanya tersenyum senang. Terlihat dipaksakan.

"Kalau saya baik, enggak mungkin saya berniat jual kamu, Aurora," tukas Ghea penuh penekanan. Suaranya turut bergetar seperti Aurora, menandakan bahwa ia sedang menahan tangis. "Saya itu, jahat!"

"Kalau Tante jahat, enggak mungkin Tante selamatin Aurora yang mau bunuh diri, kan? Tante enggak mungkin biayain rumah sakit Aurora, terus kasih Aurora tempat tinggal, dan bantu buat temuin pembunuh Mars."

"Itu karena saya butuh kamu buat balas dendam pada Fathan." Ghea mulai berani menatap Aurora. Matanya berkaca-kaca dan memerah.

Aurora mengulum senyumnya. Kilat penyesalan terlihat jelas di mata Ghea. Entah penyesalan tersebut tulus atau sekedar untuk meminta belas kasihan Aurora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang