65|Memaafkan

3.6K 123 2
                                    

||Bab Enam Puluh Lima||

||Bab Enam Puluh Lima||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11.00 WIB. Mario, Oby, dan Fabian sudah pulang. Sekarang, di rumah Aurora hanya tersisa Raihan, Raskal, Rakan, Arland, Alaskar, dan tentunya Aurora. Mereka tengah berkumpul di ruang tamu.

"Gue sih udah feeling dari awal kita ketemu dia di rumah sakit. Mukanya negative vibes soalnya," kata Arland melipat kedua tangannya di depan dada serta dagunya yang sedikit ia angkat. Gaya cowok itu sudah merepresentasikan seorang peramal ulung.

"Halah! Lo bilang katanya Tantenya Aurora kemarin bohay, semok. Giliran sekarang, lo bilang kayak gini," sebal Rakan mentoyor kepala Arland yang duduk di sebelahnya. Keduanya bersama Raskal memang duduk di sofa panjang yang sama.

"Yeee, bego! Itu kan, biar keliatan ramah aja."

"Serah lo, deh!" Rakan merotasikan bola matanya malas.

"Dia emang enggak bisa liat yang montok dikit, sih," timpal Raskal melirik Arland malas. "Bilangin Mauren aja, ego, biar ditinggal."

"Ngapain dibilangin? Dikit lagi juga ditinggalin karena hubungannya masih digantungin," celetuk Raihan pedas membuat mereka yang berkumpul di ruang tamu lantas tergelak.

"Jadi cowok kok enggak punya pendirian amat. Masih jaman, emang, gantungin anak orang?" seru Rakan heboh membuat Arland mendelik padanya.

"Tau lo! Anak orang digantungin. Kasian temen pacar gue, nih," ujar Alaskar merangkul bahu Aurora.

"Ish!" Aurora langsung menyentak tangan Alaskar, merasa risih karena tindakan Alaskar bisa memancing perhatian teman-temannya.

"HAHAHAHA!" Keempat laki-laki itu kembali tertawa keras karena Alaskar langsung menatap Aurora tak percaya setelah tangannya ditampik. "Mampus! Aurora aja enggak sudi dipegang-pegang sama lo, Kar."

"Makanya, jangan maksiat mulu," imbuh Rakan. "Katakan 'tidak' pada pacaran. Katakan 'iya' pada HS."

"Mesum mulu, lo!" Giliran Arland yang mentoyor kepala Rakan.

"Dih, babi, lo!" sungut Rakan tak terima, lalu terjadilah perang antar keduanya.

Aurora hanya meringis. Mungkin, seperti itulah pola interaksi laki-laki kalau sedang berkumpul dengan temannya.

"Ra," panggil Raihan yang duduk di sofa seberang, mengalihkan atensi Aurora. "Gue udah kabarin Lea sama Mauren. Mereka tadi udah jalan ke sini."

Aurora mengangguk, "Makasih, Han. Gue belum sempet kabarin mereka soalnya."

Kening Alaskar mengerut, "Emang hape kamu kemana? Dari tadi aku enggak liat kamu megang hape."

Aurora menoleh pada Alaskar yang juga sedang menatapnya, "Diambil sama Tante Ghea. Aku belum sempet cari."

Mulut Alaskar membulat, lalu cowok itu berdiri. "Aku cariin."

Bola mata Aurora terbuka sempurna. Tangannya langsung mencekal pergelangan tangan Alaskar. "Ish! Enggak usah, ah."

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang