59|Decision

3K 124 2
                                    

||Bab Lima Puluh Sembilan||

"BUN..." panggil Alaskar menghampiri Melan yang sedang duduk di ruang tamu. Kemudian, anak laki-laki itu ikut duduk di sebelah Bundanya dan bersandar di bahu sang Ibu.

"Eh?" Melan yang semula sedang bermain ponsel tampak terkejut melihat putranya bertindak demikian. Tidak biasanya. "Kenapa, Sayang?" tanya Melan lembut.

"Nanti malem, kita jadi makan bareng Aurora sama Tante Ghea, kan?" Suara Alaskar berubah menjadi manja. Mengeluarkan sikap kekanakannya pada sang Bunda.

Melan tersenyum tipis. "Jadi. Bunda udah minta Bibi buat masak agak banyak malam ini."

Alaskar mungat-mangut, "Alaskar juga udah bilang sama Aurora."

"Bagus itu," respon Melan seadanya. Ia meletakkan ponsel di atas nakas yang ada di samping sofa. Kemudian, tangannya terulur untuk mencubit pipi Alaskar. "Tumben kamu nyender-nyender ke Bunda? Pasti ada maunya, nih."

Alaskar merengut ketika Melan mencubit pipi kanannya. "Enak aja! Alaskar cuman mau ngomong," sebal Alaskar menjauhkan kepalanya dari Melan.

Melan tertawa mendengar itu. Sudah ia duga. "Mau ngomong apa?"

Sejenak, Alaskar bergeming. Ia menetralisir ekspresinya terlebih dahulu agar lebih serius, kemudian menatap Melan dalam. "Alaskar setuju sama Papa, Nda. Buat sekolah di Singapura."

Deg!

Melan tertegun mendengar penuturan putranya. Persekon selanjutnya, ia segera mengalihkan pandangan dengan wajah datar. "Kamu ngomong apa sih, Kar? Bunda lagi usaha buat bujuk Papa kamu. Kamu tenang aja. Bunda enggak akan biarin anak Bunda jauh dari Bunda."

Alaskar menghela nafasnya. Ia tahu, Bundanya pasti akan keberatan dengan keputusannya ini. Ia pun segera mengambil kedua tangan Bundanya.

"Bun... Bener kata Papa. Alaskar harus belajar di sekolah bagus supaya bisa ngurusin perusahaan Papa nanti. Toh, satu-satunya orang yang diharapkan sama Papa cuman aku, kan?"

"Tapi, Kar..."

"Bunda enggak usah khawatir. Singapura deket. Alaskar bisa pulang seminggu sekali," kata Alaskar enteng.

"Bunda bilang enggak, Alaskar!" tukas Melan penuh penekanan. Setetes cairan bening sudah jatuh melalui pelupuk matanya.

"Nda... kalau Alaskar enggak belajar, gimana nanti Alaskar bisa ngurusin perusahaan kalau Papa udah nggak ada?"

"Kamu bisa belajar di Indonesia!"

"Tapi, Nda... kualitas pendidikan di sini kan, enggak sebagus di Singapura."

"Cukup, Alaskar! Bunda enggak mau kamu bahas ini lagi! Sekarang kamu siap-siap untuk jemput Aurora sama Tantenya. Dikit lagi udah mau maghrib. Papa kamu juga lagi jalan pulang," final Melan sepihak. Ia tidak mau membahas masalah ini lagi.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang