27|Aurora-Alaskar

5.6K 184 5
                                    

||Bab Dua Puluh Tujuh ||

||Bab Dua Puluh Tujuh ||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PUKUL 17.00 WIB. Alaskar dan Aurora turun dari mobil dan segera memasuki penthouse Aurora. Alaskar berniat untuk mampir sebentar.

Permasalahan Alaskar dan Melan belum usai, membuat cowok itu sedikit tidak betah ada di rumah. Terlebih, hari ini Melan ada jadwal praktek pagi dan dapat dipastikan Melan sudah pulang sejak siang tadi.

(Ilustrasi penthouse Aurora)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi penthouse Aurora)

"Kamu mau minum apa?" tanya Aurora berjalan menuju kulkas seraya membawa sebuah gelas untuk diminum Alaskar.

"Air es aja, Ra," jawab Alaskar seraya menyandarkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di ruang utama penthouse Aurora.

Karena di lantai satu penthouse Aurora setiap ruangan tidak disekat, Alaskar dapat mengamati dengan jelas pergerakkan Aurora di dapur.

Tanpa sadar, senyum cowok itu mengembang. Rambut yang sudah dicepol itu memperlihatkan leher jenjang Aurora.

Sadar dengan apa yang dia pikirkan, secepat kilat Alaskar menggelengkan kepalanya sembari mengerjap.

"Ini, Kar." Alaskar terkesiap begitu Aurora sudah duduk di sebelahnya. Kemudian, ia melihat ke arah meja, mendapati sudah ada satu gelas air es.

"Bunda emang enggak nyariin?" tanya Aurora seraya duduk di sebelah Alaskar.

"Enggak kayaknya," asumsi Alaksar sambil meneguk air yang sudah disuguhkan oleh Aurora.

Jawaban Alaskar barusan tentu membuat Aurora mengernyit bingung. "Kenapa? Bukannya kata kamu, sekarang setiap pulang sekolah harus langsung pulang?"

Alaskar kembali meletakkan gelas kakinya. Lalu, cowok itu menyandarkan tubuhnya kembali di sandaran sofa. Kemudian, tangan kanannya membentang di belakang bahu Aurora.

Jarak yang sedekat ini tentu membuat Aurora sedikit kurang nyaman. Apalagi, sekarang mereka hanya berdua di dalam ruangan yang sama.

"Aku sama Bunda lagi ada sedikit masalah, Ra," ujar Alaskar. Nadanya lirih, terdengar seperti mengadu.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang