36|Lie (again)

3.5K 133 9
                                    

Sobat, tolong jangan jadi silent readers ya. Buat timbal balik aja, aku nulis kalian hargai dengan cara vote. Gampang, bukan? Enggak sesusah ngerjain soal persamaan linear tiga variabel, kan? Kan? Kan? Iya donggg...

||Bab Tiga Puluh Enam||

"AURORA? Hamada?"

Bagai disambar petir di siang bolong, tubuh Aurora langsung menegang begitu mendengar suara yang ia kenal. Detak jantungnya mendadak berdegup kencang, bertalu-talu.

Dengan susah payah, Aurora menelan salivanya. Matanya tidak bisa bergerak dari meja yang sedang ia rapihkan dari sampah, kepalanya pun sulit untuk mendongak.

"Loh? Lu dateng ke sini juga, Dan?"

Aurora sedikit kaget, begitu Hamada menyapa orang tersebut seakan mereka adalah teman dekat.

"Iya lah, bro! Gue tadi abis nganterin cewek gue, tapi mau mampir sebentar buat ngerjain makalah," ujar laki-laki yang disebut Jordan oleh Hamada. Lalu, keduanya berselebrasi ala laki-laki yang sudah lama tidak bertemu.

Sementara Aurora, perlahan mulai memberanikan diri untuk mendongak dan melihat Jordan yang sekarang menatapnya.

"Tumben, Ra, lo enggak sama Alaskar?" tanya Jordan ramah.

"Enggak," jawab Aurora menggeleng pelan sembari menipiskan bibirnya. Gestur cewek itu yang demikian, membuat lawan bicaranya bisa berkesimpulan bahwa Aurora tidak nyaman.

"Eh? Dia lagi ke Warmang, ya kalau jam segini? Gue lupa," kata Jordan menepuk keningnya.

"Iya." Aurora membenarkan seraya menganggukkan kepalanya kaku.

Seperti itulah Aurora jika bertemu dengan orang yang kurang dekat dengannya. Mendadak menjadi pribadi yang berbeda. Terlebih, orang yang dia temui adalah Jordan yang notabenenya adalah teman Alaskar.

Aurora mencemaskan suatu hal.

"Duduk, Dan," tawar Hamada menggeser sedikit posisi duduknya, memberi space pada Jordan di sofa yang sebelumnya ia tempati.

"Enggak papa, nih kalau gue gabung?" tanya Jordan menatap Aurora dan Hamada bergantian.

Sebelum memberikan jawaban, Hamada ikut memandang Aurora terlebih dahulu. Sorot matanya seakan menanyakan keputusan Aurora.

Aurora yang sebetulnya merasa risih, hanya bisa mengangguk. Membuat Jordan dan Hamada tersenyum dan segera bergabung.

"Gue baru tau, lo berdua saling kenal," ucap Jordan, memulai topik sok asik. Tipikal social butterfy yang friendly.

"Lah? Kemana aja lo, Dan? Sebelum gue keluar, kita kan pernah olimpiade bareng pelajaran sejarah," ujar Hamada.

"Ya mana gue tau. Gue lupa. Kejadiannya juga udah lama," ujar Jordan.

"Pala lo lama! Baru itu," sungut Hamada, disambut kekehan kecil oleh Jordan.

"Oh ya, btw mau ngajak Alaskar ke sini nggak, Ra? Biar lo nyaman juga ada cowok lo," kata Jordan.

Aurora membelalak, refleks kepalanya menggeleng. "Enggak usah, Dan. Dia lagi kecapekan."

Mulut Jordan membulat, lalu kepalanya mungat-mangut. "Iya juga, sih. Dia keliatan capek belakangan ini kalau latihan."

"Ra, gue kan, sempet bilang, kalau gue tau cowok lo ikut lomba futsal dari temen gue. Nah, temen yang gue maksud ini, si Jordan." Hamada menunjuk Jordan menggunakan ujung dagunya.

"Oalah..." Aurora hanya bisa merespon dengan anggukkan kepala.

"Eh? Ini tugas dari Bu Chandra, ya? Tugas PKWU?" Atensi Jordan tertarik pada sebuah miniatur rumah-rumahan yang ada di atas meja. Tatapannya terlihat kagum akan produk ciptaan Hamada. "Kelas gue juga disuruh bikin ginian, anying."

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang