12|Rooftop

5.4K 226 7
                                    

||Bab Dua Belas||

AROMA obat-obatan langsung menyeruak menusuk indera penciuman Aurora tatkala gadis itu baru saja membuka matanya dan mendapati plafon putih sebagai pemandangan pertama yang dapat dilihat.

UKS. Batin Aurora menebak keberadaannya setelah ia berhasil mengumpulkan kesadaran penuh.

Dengan tubuh yang masih berbaring di atas brankar, Aurora memaksakan kepalanya untuk menoleh ke sisi kiri UKS secara perlahan, mendapati Alaskar sedang sibuk bermain ponsel di sofa panjang yang tersedia.

Kening Aurora langsung mengernyit bingung. Mengapa Alaskar bisa ada di sini? Kendati begitu, seulas senyum tak urung ia terbitkan-merasa senang karena Alaskar menunggunya di UKS.

"A-alaskar?" panggil Aurora lirih. Terdengar seperti sebuah gumaman.

Alaskar yang merasa terpanggil, lantas mendongakkan kepalanya ke arah brankar, sedikit kaget karena Aurora tiba-tiba memanggilnya. Sekon selanjutnya, cowok itu beranjak dari sofa seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

"Maag lo kambuh?" tebak Alaskar menggunakan suara datarnya menghampiri Aurora yan masih terbaring lemas. "Tadi lo pingsan di toilet."

Sesaat, Aurora tertegun. Bukan karena suara Alaskar yang datar, melainkan karena laki-laki itu mengingat bahwa Aurora memiliki penyakit maag.

"Enggak," jawab Aurora menggeleng pelan, pun dengan suaranya.

Dahi Alaskar mengerut, "Terus kenapa bisa pingsan? Kecapekan?"

"Enggak, Kar," jawab Aurora berusaha menampilkan senyum hangatnya. Ia sedikit senang karena Alaskar terus berusaha menebak penyebabnya pingsan di toilet.

Bagi Aurora, usaha Alaskar merupakan bagian kecil dari perhatian cowok itu kepadanya.

Alaskar berdecak pelan, "Terus lo kenapa?" Dahi Alaskar mengerut tidak suka, sedikit kesal karena tebakannya selalu salah dan Aurora juga enggan memberikannya jawaban pasti.

Sebelum menjawab, Aurora mengarahkan kepalanya menghadap langit-langit ruangan terlebih dahulu, meluruskan pandangannya.

"Kalau misalnya aku kasih tau, memangnya kamu bakal lakuin apa?" Aurora malah balik bertanya.

"Gue cuman mau pastiin kondisi kesehatan lo. Bunda bakalan marah kalau lo kenapa-napa," tutur Alaskar tanpa beban, seakan jawabannya barusan merupakan jawaban yang sebenarnya.

Aurora memejamkan matanya kuat-kuat. Sial! Lagi-lagi ia diperlakukan seperti ini oleh Alaskar.

"Gue enggak maksa lo jawab, Ra," kata Alaskar.

Aurora langsung membuka matanya secepat kilat, lalu menatap Alaskar yang juga sedang menatapnya.

Selama beberapa saat, keduanya terbawa akan tatapan itu. Hingga pada akhirnya Alaskar yang lebih dulu sadar, langsung mengerjap dan menggelengkan kepalanya.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang