53|Cerita...

4.9K 180 5
                                    

||Bab Lima Puluh Tiga||

MELAN, Fathan, Arland, Raihan, Raskal, Rakan, Aurora, Mauren, dan Lea tengah menunggu Dokter keluar dari kamar Alaskar. Selain menunggu, mereka juga sama-sama sedang dilanda kecemasan akut.

Tidak hanya menunggu dan merasa cemas seperti di sinetron. Ke-sembilan orang dengan usia yang berbeda-beda itu juga berdoa kepada Tuhannya masing-masing.

Termasuk Aurora yang memejamkan matanya yang terus mengeluarkan air mata. Cemas dan gelisah. Dua rasa itu bersatu padu membentuk sensasi baru yang terus membelenggu. Aurora tidak suka dengan sensasi seperti ini. Ia berharap, Alaskar baik-baik saja dan segera sadar dari tidurnya.

Cklek...

Pintu dibuka oleh Dokter membuat seluruh orang yang ada di lorong mendekati Dokter. Ingin tahu hasil pemeriksaan Alaskar dan penyebab cowok itu menggerakkan jarinya.

"Dok? Gimana keadaan anak saya?" tanya Fathan menggebu. Khawatir. Berbeda dengan Melan yang menghias wajahnya dengan senyum tipis. Namun, matanya tetap sembab.

Sebagai Dokter, tentunya Melan sedikit tahu penyebab Alaskar menggerakkan jarinya itu.

Sebelum menjawab pertanyaan Fathan, Dokter Andi melihat ke arah Melan seraya tersenyum penuh arti. Kemudian, beberapa detik selanjutnya ia mengalihkan atensinya penuh pada Fathan dan teman-teman Alaskar yang juga ingin tahu perihal keadaan temannya.

"Pasien koma menggerakkan jari itu adalah hal wajar. Kita tinggal tunggu beberapa saat lagi," ujar Andi membuat ekspresi orang-orang di sekitarnya menegang, kecuali Melan.

"T-tunggu? Tunggu apa?" tanya Aurora menelan saliva susah payah. Tangannya sudah digenggam kuat oleh Lea dan Mauren.

"Pasien akan segera sadar. Itu salah satu gejala orang koma yang akan sadar," jelas Andi, berhasil mengubah ekspresi Aurora dan yang lain. Mereka semua kemudian menghela nafasnya lega.

"Alhamdulillah, Ya Allah!" Fathan mengusap wajahnya seraya meneteskan air mata. Tidak menyangka jika anaknya akan segera sadar.

"Tenang, Pa. Anak kita akan sadar," ucap Melan mengusap punggung suaminya.

"Iya," Fathan beralih memeluk sang istri erat.

"Aurora," Tiba-tiba Raihan mendekati Aurora dan memanggilnya.

"Kenapa, Han?" sahut Aurora. Lea dan Mauren yang penasaran pun ikut menyimak.

"Ada Tante lo," ujar Raihan memberitahu seraya menunjuk ke ujung lorong menggunakan dagunya.

Sontak, Aurora merotasikan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Raihan. Benar saja. Sudah ada Ghea di ujung sana yang akan menjemputnya.

"Tante lo?" bingung Lea menatap Aurora. "Bukannya, lo udah enggak punya keluarga lagi?"

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang