38|Zenly

2.9K 126 2
                                    

||Bab Tiga Puluh Delapan||



"Bagaimana caranya merekontruksi sebuah hubungan jika enggan memberi kepercayaan? Serta mengisi hari dengan tangis dan pertanyaan skeptis?"


"ALASKAR JANGAN NAFSU MAINNYA!" seru Jordan pada Alaskar yang sejak tadi tergesa-gesa memasukkan bola ke dalam gawang lawan.

"Sorry sorry, Dan. Gue enggak fokus," ucap Alaskar menghampiri Jordan seraya berlari kecil. Cowok itu mengusap wajahnya frustasi.

Jordan dan Febrian, salah dua teman yang menjadi anggota tim Alaskar, hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Mau istirahat dulu nggak, Kar? Ganti sama Ali, dia juga dari tadi belum main," tawar Febrian menunjuk pemain cadangan menggunakan ujung dagunya.

Alaskar menghela nafasnya berat. Ia tahu, itu bukanlah sebuah tawaran. Melainkan sebuah usiran secara halus.

"Ya udah," terima Alaskar sedikit terpaksa.

Jordan, teman tim yang paling dekat dengan Alaskar lantas menatapnya iba seraya menepuk pundak cowok itu. "Enggak papa, bro. Wajar begini. Lo keliatan capek soalnya."

Alaskar mengangguk lesu, "Sorry, Dan."

"Chill, Bro!"

Alaskar segera berjalan menuju tempat istirahat, menggantikan posisi Ali dan Ali menggantikan posisinya untuk bermain di lapangan.

Alaskar duduk seraya bersandar di atas kursi dengan kepala yang menengadah ke atas. Matanya terpejam, meresapi semua isi pikirannya.

"Oi!" Tiba-tiba Jordan duduk di sebelah Alaskar setelah 15 menit kemudian.

Alaskar membuka matanya dan melirik Jordan. Kemudian, ia menegakkan posisi duduknya. "Apaan?"

Jordan terkekeh dengan pandangan lurus ke depan. "Lagi ada masalah?"

Kepala Alaskar menggeleng pelan, "Enggak ada."

Jordan merotasikan bola matanya malas, sedikit tidak percaya dengan jawaban Alaskar. "Perfoma main lo tadi kurang bagus," cetus Jordan blak-blakan.

Alaskar kembali membisu. Benar. Perfoma mainnya hari ini kurang bagus.

"Padahal kita udah sering latihan, masa cara main lo masih begitu sih, bro?"

"Sorry, Dan. Gue goblok banget enggak bisa kontrol mood."

"Berantem lo ya, sama cewek lo?" tuding Jordan tersenyum sinis pada Alaskar. "Gue tau, lo enggak akan kayak begini kalau lagi enggak ada masalah."

"Sok tau, lo!" ketus Alaskar melirik tajam Alaskar melalui ekor matanya.

"Kalau enggak berantem, kenapa si Aurora waktu nongkrong di Leku, dia nolak buat gue telepon lo?"

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang