54|Perihal Kepindahan

4.6K 170 8
                                    

||Bab Lima Puluh Empat||

JAM pulang sekolah sudah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAM pulang sekolah sudah berlalu. Kini, Arland, Raihan, Raskal, Rakan, Lea, dan Mauren berkumpul di kamar Alaskar dalam keadaan masih mengenakan seragam batik SMA Garena. Kehadiran mereka membuat Alaskar pening. Sangat ramai dan berisik!

Lain halnya dengan Aurora yang sedikit senang lantaran bisa berkumpul bersama teman-temannya kembali. Setidaknya, ia harus lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka sebelum pergi ke Washington.

Yaps, Aurora sudah membulatkan keputusannya. Gadis yang tengah mematut dirinya di depan cermin kamar mandi itu sudah memutuskan untuk ikut Ghea ke Washington.

Tok tok tok!!!

"Ra, lo masih lama nggak? Ini cowok lo minta suapin nih katanya," ujar Arland heboh pasca mengetuk pintu kamar mandi.

"Suapin pake cangkul, Ra!" pekik Raskal dari luar.

Mendengar itu, Aurora terkekeh. Ia lantas segera keluar dari kamar mandi dan langsung dijadikan sentral atensi.

"Lo ngapain deh, lama-lama di toilet? Abis masturba___"

"Mulut lo kalau ngomong jorok, langsung gue hajar ya, Lan!" delik Mauren menatap Arland tajam. Seakan tahu apa yang akan dikatakan cowok itu.

"Kayaknya, gue belum selesai ngomong, deh," ujar Arland lesu sembari merosotkan bahunya yang semula tegap.

Bola mata Mauren berotasi malas, "Lo ngembusin nafas aja, gue udah tau arah omongan lo kemana!"

Sontak hal tersebut membuat yang lain tertawa. Termasuk Alaskar dan Aurora yang terkekeh bersamaan.

"Tau! Emang cewek gue kayak lo! PMO mulu!" cemooh Alaskar dalam posisi berbaring. Sepertinya ia tidak bisa banyak bergerak. Pasalnya, setelah mendengar cerita Aurora, tubuh cowok itu rasanya ingin cepat-cepat berbaring.

"Udah udah! Mesum banget sih obrolannya," interupsi Lea yang duduk di sebelah Raihan. "Mendingan, sekarang salah satu minta minum ke Suster. Minum Alaskar abis, tuh!"

"Kasih aja air keran," celetuk Raihan membuat yang lain tertawa. Sedangkan yang dijadikan bahan ejekkan langsung mendelik.

"Lo enggak ada prihatinnya jadi temen!" dengkusnya.

"Ngapain! Lo aja enggak ada prihatinnya sama kita. Dari kemarin, disuruh nungguin tapi enggak dikasih apa-apa. Minimal, kasih gue bapak baru lah!" kata Rakan.

Alaskar menoleh pada Rakan, "Gue baru sadar, bapak lo udah jadi ubi, ya, di tanah?"

Rakan membolakan matanya dan bersiap melemparkan bantal sofa ke arah temannya. "Bangsat! Bapak gue masa jadi ubi. Murah bener."

"Bersyukur, Bro. Dari pada bapaknya tukang kawin, kayak bapak gue?" Raskal malah bersedekap, mengadu nasib.

"BWAHAHAHAHA..." Orang-orang yang berada di ruangan itu kembali tergelak. Lebih kencang dari sebelumnya.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang