51|Setan

4.6K 150 1
                                    


||Bab Lima Puluh Satu||

"UDAH enam hari. Tapi, Alaskar masih belum sadar juga," ucap Raskal lesu setelah menghela nafasnya berat.

"Sabar, Kal. Kan, kemarin lu yang optimis kalau Alaskar bakalan sadar secepatnya," sahut Arland yang duduk di kursi panjang yang ada di lorong bangsal.

Arland, Raihan, dan Raskal sedang menunggu sahabat mereka yang masih terbaring di rumah sakit. Bergantian dengan Melan yang sedang ada urusan.

Rakan? Ia tengah sibuk sebab saudaranya bertunangan hari ini.

Ketiga remaja itu menunggu di lorong lantaran Alaskar sedang diperiksa oleh perawat di dalam kamarnya.

Raihan dan Arland duduk di kursi panjang. Sementara Raskal malah menatap cemas ke arah kaca kamar Alaskar. Melihat dua orang perawat yang sibuk mengamati elektrokardiograf dan beberapa alat lainnya.

"Gue pikir, enggak sampai lima hari. Ternyata, udah lebih," tutur Raskal merotasikan lututnya menghadap kedua temannya yang tengah duduk, lalu menyandarkan punggungnya pada dinding dengan posisi kedua kaki yang menyilang.

Raihan dan Arland kali ini terlihat cukup tenang, kendati hatinya merasa resah. Berbeda dengan Raskal yang benar-benar menunjukkan kekhawatirannya.

"Berdoa aja. Barang kali, besok Alaskar bangun," kata Raihan dengan bola matanya yang menyorot lantai rumah sakit. Termenung. Tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Arland mengangguk setuju, lalu berdiri dan menepuk pundak Raskal. "Tenang, Alaskar itu kuat. Enggak mungkin dia ninggalin kita."

Raskal bergeming sejenak, sebelum akhirnya menganggukkan kepala. Berusaha bersikap optimis meski tidak realistis.

"Kayaknya itu suara kaki Bunda," ujar Raihan bangkit dari duduknya. Ia memang memanggil Melan dengan sebutan Bunda.

Raihan, Arland, dan Raskal sama-sama menatap ke ujung lorong. Menunggu kehadiran Melan yang muncul dari tikungan itu.

Namun, alih-alih Melan yang mereka temui. Justru tiba-tiba ada sosok Aurora yang tengah berlari kencang menuju mereka. Membuat derap langkah gadis itu menggema di sepanjang lorong.

"ASTAGHFIRULLAH!" Ketiga cowok itu kompak istighfar.

"ANJING, SETAN!" Arland mundur beberapa langkah, membelalakkan mata seraya menunjuk Aurora histeris.

"Allahuakbar! Astaghfirullah, Ya Allah!" Raskal tak kalah hebohnya begitu Aurora sudah semakin dekat.

Berbeda dengan kedua temannya, Raihan malah mengerutkan keningnya bingung. Tak lama, ia mendapati Melan dan seorang wanita berusia 30-an sedang berjalan beriringan dengan tempo cepat, di belakang Aurora.

"Raihan!" Aurora berhenti melangkah di depan Raihan. Gadis itu menetralisir pernapasannya terlebih dahulu.

Raihan tidak menggubris. Ia sibuk memandang Aurora bingung.

"H-han, kabur, Han! Setan, anjing!" pekik Arland menarik lengan Raihan. Namun, sayangnya Raihan malah diam di tempat.

"L-lo masih hidup?" tanya Raihan ragu. Ia memadang Aurora dari atas hingga bawah.

"Hmm..." Aurora mengangguk cepat. Kemudian, ia menoleh pada kaca kamar rawat inap yang ia yakini adalah kamar Alaskar. "Dia di kamar ini?" tanya Aurora memastikan.

Dengna polos, Raihan mengangguk. Otaknya masih sulit mencerna semua ini. Bagaimana mungkin? Bukankah Aurora dinyatakan meninggal?

"Raihan, Raskal, Arland." Melan menghampiri dengan nafas yang tidak beraturan. Pun dengan wnaita yang di sebelahnya.

Sontak, atensi ketiga lelaki itu beralih pada Melan. Mereka menatap Melan penuh tanya. "Bunda, kok bisa bareng setan?" tanya Arland bodoh.

"Ceritanya panjang," balas Melan. Lalu, ia mendekati Aurora dan mengusap surai gadis itu dari belakang. "Aurora..."

Aurora tidak menjawab. Ia mematung setelah melihat tubuh Alaskar yang dipenuhi oleh alat-alat kesehatan terlihat tidak berdaya dengan netra yang tertutup.

Matanya kembali memburam. Dadanya yang semula terasa sesak, kini semakin sesak lagi. "A-alaskar..." gumam Aurora mundur beberapa langkah.

Tangan Aurora langsung digenggam oleh Melan. "Sabar, Sayang..." cicit Melan langsung memeluk gadis di sebelahnya.

Pada sekon selanjutnya, Aurora langsung terisak keras.

***

Hii! Maaf ya part ini pendek. Karena ada kesalahan teknis pas author nulis.

Author malah publish bab 52 dulu, baru bab 51. Author juga keliru. Pas publish bab 52 (beberapa menit lalu), ternyata bab 51 nya belum selesai auhtor tulis (alhasil pendek deh babnya)

Maaf yaaaa

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang