43|Masalah yang Merumit

3.7K 157 7
                                    

||Bab Empat Puluh Tiga||


BEL pulang berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BEL pulang berbunyi. Aurora bergegas menuju parkiran, tetapi ketika ia baru keluar kelas, tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh Alaskar.

"Awh!" rintih Aurora merasakan sakit di pergelangan tangannya akibat cekalan tangan Alaskar yang terlalu kuat. Terlebih, Alaskar menariknya hingga masuk ke dalam mobil.

"Masuk!" titah Alaskar dingin setelah membukakan pintu penumpang untuk Aurora. Cowok itu sudah melepaskan cekalan tangannya.

Aurora menunduk dengan mata yang berkaca-kaca. Kendati begitu, ia tetap melaksanakan perintah Alaskar dan masuk ke dalam mobil seraya menahan rasa sesak di dada yang kemungkinan pada akhirnya akan menjatuhkan bulir air mata melalui pelupuk netra.

Aurora sudah masuk. Alaskar pun segera menutup pintu dan mengitari mobilnya, kemudian masuk ke dalam dan duduk di kursi pengemudi.

Alaskar tidak langsung menjalankan kendaraan beroda empat itu. Terlebih dahulu, ia mengembuskan nafasnya berat dan memiringkan duduknya menghadap Aurora.

"Bikin ulah apalagi lo?" tuding Alaskar membuat Aurora mendongak dan menatapnya bingung.

"Ulah?" beo Aurora pelan.

"Lo bikin Mauren nangis, kan?" Alaskar mengeraskan rahang dan menajamkan tatapannya.

"K-kar, aku cuman mau mastiin kalau___"

"Kalau ada foto lo sama Hamada di hape Mauren?" potong Alaskar menebak ucapan kalimat Aurora yang terpotong.

Aurora tertegun selama beberapa saat. Matanya dan mata Alaskar bertemu. Sorot sendu dan sorot tajam itu bertemu tanpa ada sorot kasih sayang seperti biasanya.

"Iya, kan?" tanya Alaskar menggunakan suara rendah, tetapi terdengar tajam di telinga.

"I-iya," jawab Aurora lirih seraya menunduk. Getaran suaranya dapat didengar oleh Alaskar.

Alaskar tersenyum sinis, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sejenak, sebelum akhirnya kembali memandang Aurora.

"Emang enggak tau diri lo, Ra," remeh Alaskar memperbaiki posisi duduknya dan mulai memegang alat setir.

Netra Aurora semakin memburam tatkala mendengar ucapan Alaskar barusan. Alaskar merendahkannya?

"Harusnya lo sadar, Ra. Mauren itu anak orang kaya, tapi dia tetep mau bertemen sama orang kayak lo," ujar Alaskar semakin menusuk perasaan Aurora.

Aurora mulai menggigit bibir bagian bawahnya. Tangannya mengepal kuat. Namun, isakan kecil tetap terdengar dari mulutnya. Kendati begitu, Alaskar tetap terus melanjutkan kalimatnya.

"Gue masih enggak habis pikir, ternyata ada orang seburuk lo," tutur Alaskar sembari menjalankan mobilnya. "Tukang bohong, tukang selingkuh, play victim, suka ngemis simpati pula."

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang