11| Toilet

5.4K 227 9
                                    

||Bab Sebelas||

"BENERAN? Lo bakal dipindahin ke penthouse sama orang tuanya Alaskar?!" pekik Mauren heboh setelah mendengar cerita Aurora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BENERAN? Lo bakal dipindahin ke penthouse sama orang tuanya Alaskar?!" pekik Mauren heboh setelah mendengar cerita Aurora.

Aurora berdecak lantaran respon hiperbola Mauren yang mengakibatkan beberapa orang di kantin melirik ke arah meja mereka. Pasti, orang-orang itu mendengar pekikkan heboh Mauren sebelumnya.

"Ren, suara lo dikontrol bisa nggak, sih?!" desis Aurora gemas pada sahabatnya yang duduk di sebelah kiri.

"Tau, Kodok! Bikin malu aja, lo!" delik Lea. "Kalau kita jadi bahan gibah, gimana?!'

"Ya biarin," Mauren menyengir tidak berdosa, membuat Aurora dan Lea semakin sebal.

"Terus, lo kapan pindahnya, Ra? Mau gue bantu, nggak? Nanti pasti Raihan ikut. Alaskar juga bakal bantu lo, kan?"

Sebelum menjawab, Aurora tampak memikirkan sesuatu terlebih dahulu. Gadis itu mengulum bibirnya, "Ehm... kalau itu gue enggak tau. Liat nanti aja."

Lea mengangguk paham. Sementara Mauren, malah mengernyit bingung. "Loh, Alaskar bantuin lo pindahan? Emangnya dia mau? Nganterin lo sekolah aja dia enggan, apalagi bantu lo pindahan, anjir."

"Pindahan gue dipantau langsung sama orang tuanya Alaskar. Jadi, mau enggak mau Alaskar bakalan bantu dan dia bakalan bersikap seakan hubungan kita baik-baik aja di depan Bokap sama Nyokapnya dia," ucap Aurora terdengar sendu.

Mauren yang merasa salah bicara, lantas meringis dan mengusap punggung Aurora. "Bajingan banget cowok lo, ya?"

"EMANG!"

Bukan Aurora yang menyahut. Melainkan Lea yang sudah amat kesal pada pacar temannya itu.

Di sisi lain, Netta yang duduk tak jauh dari tempat Aurora dan kawan-kawan duduk, dapat mendengar pekikkan Mauren sebelumnya.

Tangan cewek itu mengepal kuat di atas meja. Keningnya mengernyit tidak suka dan netranya pun menajam.

Lo enggak pantes dapatin itu semua, Ra.

***

KAKI Aurora bergerak melewati koridor aula SMA Garena yang berada di lantai satu, tepatnya berhadapan langsung dengan lapangan outdoor yang biasa dijadikan sebagai tempat upacara atau senam.

Aurora menolehkan kepalanya ke sisi kiri, arah lapangan. Di sana, ia dapat melihat kalau kelas XI-IPA 1 sedang berolahraga.

Tanpa sengaja, Aurora tersenyum kecil begitu melihat Alaskar yang tengah bermain bola tendang bersama teman-teman sekelasnya. Alaskar begitu mempesona di mata Aurora ketika cowok itu dalam keadaan penuh keringat seperti sekarang.

"Aurora."

Teguran itu membuat Aurora mengerjap dan refleks menolehkan kepalanya ke depan, mendapati Bu Nia, guru sejarah SMA Garena.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang