10. Revealed

5.3K 241 10
                                    

||Bab Sepuluh||

SUDAH dua jam Melan berada di apartemen Aurora, membantu gadis itu untuk menyiapkan barang-barang yang akan dipindahkan ke griya tawang, bangunan di lantai paling atas di apartemen ini yang dibeli khusus oleh keluarga Alaskar untuk Aurora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUDAH dua jam Melan berada di apartemen Aurora, membantu gadis itu untuk menyiapkan barang-barang yang akan dipindahkan ke griya tawang, bangunan di lantai paling atas di apartemen ini yang dibeli khusus oleh keluarga Alaskar untuk Aurora.

Yaps, Aurora akan pindah dalam beberapa hari lagi setelah semua barang-barangnya siap dikemas dan dibawa ke lantai atas.

"Maaf ya, Bunda, Aurora ngerepotin Bunda," ucap Aurora setelah ia dan Melan selesai menyusun kardus yang berisi sebagian barang Aurora.

Melan yang tengah duduk di sofa sebelah Aurora, langsung menyentil dahi pacar anaknya pelan sembari tersenyum hangat. "Bunda enggak keberatan, Aurora. Lagi pula hari ini, kan, Bunda libur karena rumah sakitnya juga tutup."

Aurora membalas senyuman Melan. Tangannya mengusap dahi yang sebelumnya disentiol oleh Melan. Aurora merasa sangat bersyukur karena memiliki orang seperti Melan dalam hidupnya.

"Alaskar kok, datengnya lama, ya? Biasanya dia enggak selama ini, deh," kata Melan melirik ke arah jam dinding. "Dia semalem udah janji, katanya mau dateng ke apartemen kamu buat bantu-bantu."

Aurora mengikuti arah pandang Melan, "Mungkin beberapa menit lagi dia dateng, Bun."

Melan mengalihkan atensinya pada Aurora, "Setiap kalian jalan, emang selalu begini? Dia selalu telat? Padahal, Bunda dulu kenal banget sama dia, orangnya disiplin waktu."

Alih-alih menjawab, Aurora malah bergeming sejenak. Dalam hati ia tersenyum getir. Setiap kalian jalan, emang selalu begini? Bahkan, sudah hampir 4 bulan mereka tidak pernah jalan bersama.

Jangankan jalan, berusaha berbicara dengan Alaskar saja sudah sangat susah.

"Aurora," Melan melambaikan tangannya di depan wajah Aurora sebab gadis itu melamun.

Aurora yang tersadarkan langsung terkesiap dan mengerjap beberapa kali, "E-eh, iya, Bun?"

Melan menghela nafas, "Alaskar emang selalu telat kalau mau jemput kamu?" tanya Melan mengulang pertanyaannya dengan sabar.

Sembari menampilkan muka yang riang, Aurora berkata. "Enggak kok, Bun. Jarang-jarang dia kayak begini. Mungkin masih main. Katanya dia ada kumpul sama temen-temen futsalnya, kan?"

Aurora tahu Alaskar sedang berkumpul bersama teman-teman futsalnya karena Melan yang memberitahunya sendiri beberapa puluh menit yang lalu.

Melan mungat-mangut, mencoba untuk mengerti. "Kamu tau, siapa aja temen futsal dia? Bunda butuh nomor mereka buat pastiin soalnya."

Aurora membelalak, tetapi ia berusaha terlihat biasa saja di depan Melan. Sekon selanjutnya, ia menggeleng pelan, "Aurora enggak kenal sama mereka, Bun."

Kening Melan mengerut heran, "Loh? Bukannya setiap Alaskar main futsal, kamu selalu ikut?"

Skak!!!

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang