15|Pindah

6.1K 236 29
                                    

||Bab Lima Belas||

AURORA meminta kedua sahabatnya, Mauren dan Lea untuk datang ke apartemen secepat mungkin. Gadis itu membutuhkan teman untuk cerita. Cerita perihal Hamada dan juga cerita tentang Alaskar yang—datang tanpa diundang dan pulang tanpa memikirkan nasib Aurora yang malang.

Kini, ketiga cewek itu sudah duduk di kasur. Posisi duduk Mauren dan Lea bersila. Sementara Aurora duduk dengan kedua kaki yang ia tekuk hingga menempel pada dadanya.

"Gue takut, kalau cerita sama Alaskar, dia bakalan marah sama gue karena nginget malam itu gue sama Hamada," lirih Aurora menatap hampa spreinya.

Lea dan Mauren menatap Aurora prihatin. Kemudian, Mauren yang duduknya memang paling dekat dengan Aurora, langsung mengulurkan tangan untuk mengusap punggung sahabatnya.

"Enggak ada salahnya kalau dicoba dulu, Ra. Barang kali, Alaskar enggak marah setelah lo terus terang tentang semuanya," ujar Mauren membuat Aurora dan Mauren sama-sama mengalihkan atensi penuh padanya.

Kening Lea mengernyit tidak suka. Pun dengan alisnya, "Gimana caranya mau terus terang? Selama ini aja, Aurora udah berusaha buat jelasin semuanya secara jujur, tapi si Alaskar enggak pernah mau dengerin, kan?!"

Aurora sependapat dengan Lea. Tentu ia sudah mencoba hal itu sejak beberapa bulan yang lalu, tetapi hingga sekarang belum ada hasil yang signifikan.

Aurora menghela nafas, "Lea bener, Ren. Alaskar enggak mungkin mau dengerin penjelasan gue tentang Hamada. Dia udah terlalu benci sama kita."

"Lagian, gue takut kalau seandainya gue cerita tentang Hamada, dia bakalan menjauh lagi."

Giliran alis Mauren yang naik sebelah, "Emang belakangan ini dia sering deketin lo lagi?" tanya Mauren bingung.

Aurora mengangguk pelan, "Beberapa Minggu terakhir, gue sama dia sering ketemu. Kadang emang karena udah rencana atau kadang juga karena enggak sengaja."

Lea dan Mauren mungat-mangut, tanda memahami ucapan Aurora, "Terus respon dia pas ketemu lo, gimana? Apa masih judes kayak waktu itu?"

Kepala Aurora menggeleng lemah. Pandangan gadis itu masih terasa hampa ke arah sprei, tidak melihat ke arah dua sahabatnya. "Dia udah sedikit ramah. Tapi, gitu. Dia kadang nggak bisa lama-lama ketemunya."

Mauren menipiskan bibirnya, "Terus, sekarang lo mau apa? Gimana caranya supaya lo bisa menghindar dari Hamada?"

Aurora bergeming, otaknya bekerja keras mencari-cari jawaban yang menurutnya masuk akal dan kemungkinan bisa dia lakukan.

"Ra," panggil Mauren membuat Aurora mengalihkan pandangannya ke gadis itu.

Aurora menatap Mauren—menunggu sahabatnya itu melanjutkan kalimatnya. Pun dengan Lea.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang