28|Merasa Berbeda

4.9K 170 1
                                    

||Bab Dua Puluh Delapan||

HARI ini, sepulang sekolah Aurora dan Alaskar datang ke kediaman keluarga Mahanta. Namun, keduanya tidak langsung masuk. Mereka berdiam diri terlebih dahulu selama beberapa menit di dalam mobil.

"Tumben kamu mau ketemu Bunda. Mau ngomongin apa?" tanya Alaskar seraya melepaskan sabuk pengamannya dengan pandangan yang terus tersentral pada Aurora.

Aurora menggeleng. Gadis itu ikut melepaskan setbelt-nya dengan sorot mata hampa. "Aku mau jelasin semuanya ke Bunda," jawabnya ambigu.

Kening Alaskar mengerut, "Jelasin apa?" tanyanya lagi setelah selesai membuka sabuk pengaman.

Sebelum menjawab, Aurora memandang Alaskar dulu. Tatapan gadis itu tidak seperti biasanya. Lebih dalam dari sebelumnya. "Aku mau jelasin tentang alasan kamu bisa deket sama Netta."

Kerutan di kening Alaskar semakin banyak, merepresentasikan rasa bingungnya yang semakin bercabang. "Emang apa alasannya?"

Sebut saja pertanyaan Alaskar barusan adalah pertanyaan paling bodoh sedunia. Nyatanya, memang demikian.

"Ya karena aku ngelakuin kesalahan fatal yang bikin kamu jadi salah paham," jelas Aurora enteng.

Alaskar langsung melotot. Namun, matanya berubah menyipit pada sekon berikutnya. "Kamu apa-apaan sih, Ra? Kan, udah aku bilang jangan bahas masalah itu."

Tangan Aurora terangkat untuk menyentuh pipi kanan Alaskar lembut. Sorot matanya berubah menjadi teduh. "Enggak papa, Kar. Biar Bunda tau, sebenernya yang salah itu aku. Bukan kamu."

"Aku juga salah, Ra. Enggak seharusnya aku pake Netta buat ngalihin rasa kecewa aku sama kamu," kata Alaskar mendebat. Tangan cowok itu ikut menyentuh tangan Aurora yang ada di pipinya.

Posisi yang seperti ini, membuat bola mata keduanya saling bertemu.

"Tapi tetep aja, pemicu utamanya itu aku," ujar Aurora berusaha sabar.

"Enggak, Ra. Aku yang bodoh. Aku yang enggak mau denger penjelasan kamu dan malah simpulin semuanya sendiri," tutur Alaskar.

"Kar..." lirih Aurora menampilkan sorot sendunya.

"Enggak, Ra!" Alaskar menggeleng tegas. "Kamu enggak perlu jelasin itu semua ke Bunda. Aku enggak mau kalau Bunda salah paham dan berakhir sama kayak aku waktu itu."

Aurora mengembuskan nafasnya berat, "Tapi, aku enggak mau kalau kamu sama Bunda terus-terusan berantem kayak gini."

"Aku ada rencana lain, Ra, supaya Bunda enggak marah lagi sama aku," ujar Alaskar membuat Aurora mengernyit.

"Caranya?"

"Nanti aku kasih tau." Alaskar tersenyum simpul sembari mengusap puncak kepala Aurora.

***

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang