21|Dekapan Hangat

5.4K 222 16
                                    

Bab Dua Puluh Satu

KETIKA bunyi klakson mobil terdengar, Netta segera mengalihkan atensinya dari layar ponsel menuju gerbang sekolah.

Gadis yang tengah duduk sendirian di pos satpam itu segera merekahkan senyumnya saat mendapati mobil Alaskar.

Tanpa banyak bicara, Netta segera berjalan dan memasuki mobil tersebut. Untung saja, hujan sudah berhenti. Jadi, Netta tidak perlu khawatir jika seragam cokelatnya basah.

"Gue pikir lo pulang naik ojol. Kenapa baru pulang?" tanya Alaskar setelah Netta duduk di kursi penumpang sembari menyandarkan punggungnya, seakan ia sangat lelah.

Sebelum menjawab, Netta menghela nafas seraya memejamkan matanya sejenak. Dengan punggungnya yang bersandar pada sandaran kursi, ia merasa rileks.

"Enggak tau, Kepala Sekolah enggak jelas," balas Netta berhasil membuat alis Alaskar naik sebelah, tanda heran.

"Kenapa, emangnya?" Alaskar melirik Netta melalui ekor matanya. Sementara, tangan cowok itu sudah sibuk mengendalikan alat setir, menjalankan mobil.

Netta membuka matanya, lalu menoleh pada Alaskar yang mulai sibuk pada kegiatannya. "Dia nyuruh aku tingkatin kemampuan aku. Soalnya, dia bilang nilai aku jelek semua."

"Emang berapa nilai, lo?" tanya Alaskar semakin penasaran.

"Lumayan bagus, Kak. Ada yang 70, ada yang 60. Seenggaknya, enggak dibawah 5. Itu masih bagus, kan?" ujar Netta meminta dukungan.

Alaskar mengembuskan nafasnya berat. Kepala cowok itu menggeleng tidak habis pikir. "Net Net. Lo tau, kan, KKM kita aja 85. Terus, lo masih bilang nilai di bawah 7 itu bagsu?"

Raut Netta berubah tidak suka. Matanya memicing malas.

"Net, makannya lo belajar yang bener. Jangan main HP terus. Kita udah SMA. Minimal, lo harus bisa belajar serius supaya masuk universitas negeri.

Senakal-nakalnya gue, gue masih bisa imbangin nilai gue supaya___"

"Kak, aku juga dari dulu udah belajar. Tapi, enggak ada hasilnya," potong Netta terdengar ketus. Ia paling tidak suka dinasehati perihal ini.

Alaskar berdecap lidah, "Belajar yang lo maksud itu cuman sebatas baca buku, itu pun dengan terpaksa. Bukan itu yang gue maksud, Net."

Netta mulai berdecak, "Kak..." rengek Netta menatap Alaskar memohon. Seakan ia tidak ingin topik ini terus berlanjut.

Untuk kedua kalinya, Alaskar mengehela nafasnya berat. Terkadang, ia bingung. Bagaimana bisa, orang-orang yang sudah SMA, masih berleha-leha dalam belajar. Padahal, UTBK sudah di depan mata.

"Aku tadi ngeliat Aurora, Kak," ucap Netta di tengah-tengah lamunan Alaskar.

"Ya namanya juga satu sekolah, Net. Pasti bakal selalu liat," tutur Alaskar sedikit malas membahas ini.

ALASKAR MAHANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang