Semua Gara-gara Nathan

491 38 5
                                    


"Sayang?! Kita nonton upin-ipin aja yaa? Atau mau Tinkerbell? Baymax? Iron man mau? Film itu ada hantu nya lohh..."

Bujuk rayu Gavin yang berusaha menghentikan istri kesayangan nya memutar CD film pemberian Nathan. Gavin belum siap nonton film dewasa bersama istrinya. Entah ia merasa malu kepada dirinya sendiri atau kepada istri atau kepada foto keluarganya yang terpasang di dinding ruangan. Entah karena apa yang jelas, Gavin belum siap.

"Hantu apa Gavin?? Apa adek bayinya di kasih sama hantu??? Marsha gak apa kok nonton hantu, Marsha kan berani!! Asal adek bayinya cepat datang!"

Gavin meringis, apa sebegitu inginnya Marsha memiliki bayi?

Gavin bukannya tak ingin, ia hanya merasa perlu waktu. Selain untuk mempersiapkan dirinya sendiri, ia juga harus mempersiapkan istrinya. Mengurus bayi bukan hal yang mudah. Apalagi dengan istri polosnya yang bahkan tak mengerti bagaimana bayi ada.

"Marsha ingin sekali punya adek bayi??"

"IYAA!!"

"Kenapa?"

"Heumm.. kata Abang Nathan biar nanti Sheena ada temannya. Kan kasian Sheena kecil sendiri di rumah. Nanti kalau Marsha punya adek bayi kan jadi berdua adek kecilnya. Nanti Sheena sama adek bayinya Marsha bisa main sama, makan sama, mandi sama, kayak Gavin sama Marsha gitu lohh...!!"

Gavin menghela nafas pelan, kenapa lagi-lagi nama Nathan yang keluar dari mulut si kesayangan nya ini.

"Memangnya Marsha sudah siap jadi Mama? Ngurus adek bayi kita sampai besar?"

"Siap kok!! Marsha kan sudah belajar sama bunda! Bunda juga bilang nanti mau bantu Marsha ngurus adek bayi.."

"Nanti siap cebok adek bayi tiap hari? Mandiin tiap hari? Terus suapin makan, gantiin popoknya. Marsha siap??"

"SIAP!! Bunda kan udah ajarin Marsha kemarin itu sama mbak suster.."

"Dimana sayang?"

"Di rumah sakit kecil yang di depan tukang bakso loh Gavin.. Bunda ajak Marsha terus di ajarin sama mbak suster mengurus adek bayi. Tapi belajarnya pake boneka kecil loh.. Lucu bonekanya, kayak boneka Annabelle.."

Gavin mengernyit bingung, kapan bundanya mengajak Marsha pergi?? Biasanya Marsha ataupun Serena akan bercerita setelah melakukan sesuatu. Tapi kenapa cerita yang ini tidak Gavin dengar?

"Kapan kalian kesana? Kok Gavin tidak tau sayang?"

"Kemarin-kemarin itu lohh, waktu Marsha bangun lama terus Gavin pergi kerja tinggalin Marsha. Terus harusnya Marsha belajar masak, tapi kata bunda Marsha libur dulu. Terus di ajak ke rumah sakit. Kata bunda, Marsha biar diajarin jadi ibu yang pintar biar jadi istri idaman. Begituu.."

Gavin mengangguk mengerti. Ia ingat sekarang, Serena memang mengirimkan pesan kepada saat itu. Tapi Serena mengatakan jika mereka hanya jalan-jalan saja.

Gavin menarik tubuh si mungil semakin masuk ke dekapannya. Ia merasa bangga, jika Marsha ternyata sudah belajar dan siap jadi ibu untuk anak mereka nanti.

Rasanya Gavin tak sabar, memiliki anak di dalam keluarga kecil mereka pasti akan sangat membahagiakan untuknya dan untuk Marsha.

***
Hari sudah menjelang sore, Gavin berencana mengajak Marsha untuk berkeliling. Hitung-hitung mengisi perut karet Marsha yang mungkin rindu jajanan.

"Sudah siap sayang?"

"Sudah!! Ayo pergi Gavin.. Marsha udah enggak sabar.."

"Hem? Gak sabar ngapain sayang?"

"Gak sabar punya adek bayi!!!"

"Loh? Kok adek bayi lagi? Kita mau cari makan loh ini.."

"Iyaa, kan Marsha mau makan banyak jadi nanti adek bayinya cepat besar di perut Marsha! Hihi.. adek bayi cepat besar yaa..."

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang