"Abang Mario mau jadi jodoh Marsha tidak?Hihi.."
Kondisi Nathan semakin tak karuan. Marsha dengan tidak tau malunya sudah berada di samping rekannya, Mario.
Entah bagaimana caranya, rasa malu si gadis itu sudah hilang. Sejak meminta Nathan menjodohkannya dengan Mario tadi, Marsha sudah tak malu-malu lagi. Bahkan kini Nathan yang malu karena melihat bagaimana genitnya Marsha bersama Mario.
"Loh, bukannya yang tadi ngantar kamu kesini itu pacar kamu?"
Tanya Mario memastikan. Karena melihat bagaimana interaksi Marsha dan Gavin tadi membuatnya yakin jika kedua remaja itu sepasang kekasih.
"Gavin? Iihh, abang Mario yang tampan..Gavin itu bukan pacar Marsha tauu.. Dia ituu... Apa yaa? Abang, Gavin apanya Marsha?"
Nah kan, baru sekarang gadis itu memikirkan hubungannya dengan Gavin. Ia bingung menjelaskan siapa Gavin baginya. Karena baru kali ini ada yang bertanya seperti itu kepadanya.
"Jodoh masa depan kamu" jawab Nathan agak kesal karena diabaikan sejak tadi.
"Hah? Marsha jodohnya sama Gavin? Jadi gak boleh sama abang Mario?"
"Gak boleh.."
"Abang, Marsha mau ganti jodoh saja. Boleh?"
"Tetap gak boleh sayang. Kayaknya kamu kelaparan, ayo kita makan aja. Mau makan apa cantik?"
"Nasi padang, boleh?"
"Boleh dong, ayo"
"Abang Mario tampan dan abang Ghani gak ikut?"
"Ikut juga kok cantik, ayo" ujar Ghani sambil mendekati Marsha bermaksud untuk merangkul gadis itu. Tapi belum sempat meletakkan tangannya di pundak Marsha, gadis itu sudah berlari dan berjalan malu-malu di samping Mario. Nathan kembali mendesah frustasi dan Ghani terkekeh setelah menerima penolakan dari gadis SMA itu.
Nathan dan Ghani berjalan di belakang Marsha dan Mario yang berjalan berdampingan. Dengan Marsha yang malu-malu tapi tak berhenti melirik Mario dan Mario yang terkekeh gemas dengan tingkah Marsha.
"Wooaahh..."
Marsha menatap takjub kantin rumah sakit yang memang khusus pegawai itu.
Bukan karena desain elegan dan poster makanan yang menggoda itu, bukan. Tapi karena manusia-manusia berjas putih dan berseragam hijau itu membuat Marsha merasa takjub karena berada di tengah-tengah para penyelamat itu.
"Abang Nathan? Kenapa banyak abang-abang tampan disini?Abang yang itu, yang itu juga, huaa.. Kenapa banyak sekali? Abang? Marsha boleh punya jodoh yang banyak tidak?"
"Kita pesan pizza aja, ayo ke ruangan abang"
Nathan segera menarik Marsha keluar dari kantin dengan raut kesalnya. Namun Marsha dengan cepat melepaskan pegangan tangan Nathan dan berlari menarik Mario menuju meja yang berisi dokter-dokter muda.
"Dokter Mario? Mau makan juga dokter?" tanya salah satu dari pengisi meja itu dengan terheran. Belum pernah dokter Mario mau bergabung di meja mereka saat makan. Mereka ini para calon dokter yang masih magang. Jadi segan jika bergabung dengan dokter senior, apalagi dokter seperti Nathan, Mario dan Ghani. Ketiga dokter itu sangat populer di rumah sakit mereka. Dokter muda, tampan dan juga ahli bagian dalam, semakin mempesona saja.
"Iya. Boleh bergabung, adik saya ingin makan dengan dokter-dokter muda dan tampan. Benar cantik?" sahut Mario sambil menoleh ke arah Marsha yag sekarang sembunyi di punggungnya, malu-malu.
"Marsha sayang, kita makan di ruangan abang aja yaa.. Nanti Gavin datang dan marah kalau liat Marsha dekat pria-pria tampan begini. Abang juga nanti yang kena.." bujuk Nathan yang tak siap menerima kemarahan Gavin. Membayangkannya saja tak sanggup.
"Iih, abang.. Bentar dong! Marsha mau kenalan dulu.."
"Halo abang-abang tampan, hihi. Kenalin nama Marsha, Marsha Gebintang Gallena, umur 16 tahun. Kesayangannya ayah bunda, Gavin, abang Nathan dan banyak lagi yang sayang sama Marsha. Abang-abang juga nanti pasti sayang Marsha, hihii.. Tapi Marsha lebih sayang sama baeki, oscar dan pasukan ant man nya Marsha, sama Gavin juga, hihi.. Kalau abang-abang nanti mau disayang Marsha juga harus mau jadi jodoh Marsha juga yaa? Abang Nathan udah bolehin Marsha punya jodoh banyak kok, hehe. Abang-abang jangan liatin Marsha terus dong, Marsha malu tau. Abang-abangnya tampan semua, hihi..." perkenalan panjang itu diakhiri dengan tingkah malu-malu Marsha dan berakhir memeluk Nathan. Kembali menyembunyikan wajahnya di dada Nathan.
Nathan, entah harus bersyukur atau apa ketika Marsha memeluknya bukan Mario yang sejak tadi di tempeli. Sementara para dokter magang itu masih belum ada yang bereaksi, antara kebingungan dengan apa yang diucapkan Marsha atau terpana dengan pesona si mungil itu.
"Ehem!" Mario dengan baik hati menyadarkan mereka.
"Ahh, adik dokter Mario cantik juga yaa.."
"Menggemaskan sekali dokter.."
Dan sahutan-sahutan lain terdengar saling berebutan. Bahkan ada yang berteriak mencoba menarik perhatian Marsha.
Nathan menjadi kesal sendiri mendengarnya, apalagi merasakan Marsha yang tersenyum di dadanya.
"Makan di restoran depan aja ya sayang ya?"
"Kenapa gak disini aja bang?"
"Disini banyak kecoanya sayang?"
"Yang benar bang? Marsha mau makan disini aja kalau gitu. Makan nasi padang di temani kecoa imut dan abang-abang tampan, hihi.."
"Astagaa.."
Nathan kembali harus mengalah. Dengan masih di ikuti Mario dan Ghani, keduanya duduk di meja yang agak jauh dari meja para calon dokter tadi. Nathan tak ingin adek kesayangannya itu di godai nanti.
"Abang, Marsha mau makan nasi pake telur di kocok, ayam pake bumbu kelapa, ayam krik krik, ayam hitam, udang cabe-cabe, sayur stoberi, sayur susu, sayur mie, pokoknya yang banyaak nyak nyak...!!"
"Sayang, ini bukan di rumah. Jadi tidak ada sayur stoberi dan sayur susu, boleh ganti pesanannya?"
"Tapi kata bunda sayur stoberi itu sehat abang dan baik dimakan tiap hari. Kenapa rumah sakit gak jual sayur sehat begitu?"
"Eem.."
"Sayur stoberi itu.. Benaran pake stoberi?"
Ghani menyelamatkan Nathan dari pertanyaan si mungil. Ia dan Mario yang sejak tadi menjadi pendengar bingung sendiri mendengar daftar pesanan Marsha.
"Oh, sorry guys. So, welcome in Marsha's wonderland. Dimana kalian akan dihadapkan dengan gadis mungil nan cantik menggemaskan dan super ajaib. Dari perkataan, tingkah dan isi otaknya, semuanya ajaib..."
Nathan menjeda sebentar ucapannya, menunggu reaksi teman-temannya.
"Dan makanan-makanan yang tadi sebutkan itu apa?" tanya Mario tak sabar.
"Oh itu bukan jenis makanan yang langka kok, hanya penamaan dari Marsha saja yang langka. Telor kocok itu telur dadar, karena masaknya dikocok dulu. Ayam pake bumbu kelapa itu ayam gulai, ayam krik krik itu ayam tepung. Ayam hitam itu ayam kecap dan udang cabe-cabe itu udang saos padang. Sayur stoberi itu sayur bayam merah, sayur susu itu segala jenis sayur yang pake santan. Dan masih banyak sebenarnya nama-nama aneh lain. Jadi diharapkan agar tidak terkejut lagi ke depannya. Terimakasih"
Nathan mengakhiri penjelasan panjangnya sambil tangannya sibuk mensuir-suir ayam tepung pesanan Marsha yang sudah datang.
Sementara Mario dan Ghani mengangguk mengerti tapi fokus mereka mengarah kepada si absurd Marsha yang kini asyik mengemut daging ayam kecap dan meletakkan daging sisa emutannya di piring Nathan.
"Sayang, jangan cuma di emut gitu ah. Makan pake nasi ini.."
"Gak mau abang, Marsha cuma mau rasain kecapnya kok. Tapi kalau ayamnya nanti dibuang kan sayang, mubazir kata bunda. Dan itu dosa tau, makanya Marsha baik hati bagi sama abang.."
"Iya iyaa, terimakasih ya sayangku.."
"Sama-sama abang, tapi Marsha sayang abang Mario bukan abang Nathan, hihi. Abang Mario tampan, Marsha jadi lapar terus.."
Mario kembali mengangkat alis kebingungan, apa ia sejenis makanan penambah nafsu makan?
Keempat manusia itu kini tampak asyik menghabiskan makanan mereka. Dengan sesekali tertawa mendengar celetukan Marsha yang absurd dan random. Apalagi mata gadis itu yang tak bisa fokus jika sudah melihat pria tampan lewat.
"Woah, pak dokter tadi tampan juga. Cocok jadi daddy sugar Marsha yang kedua. Boleh kan bang?"
"Gak boleh sayang"
"Abang Ghani pake sampo apa? Rambutnya coklat jelek gitu, gak kayak rambut Marsha yang hitam dan cantik. Harusnya abang pake shampo stoberi aja .."
"Woahh, apa abang harus ganti sampo juga?"
"Abang Mario tampan sudah punya pacar?"
"Sudah cantik, jadi maaf ya abang gak bisa jadi pacar kamu?"
"Marsha juga gak mau jadi pacar abang. Marsha maunya jadi jodoh abang, gimana sih? Gitu aja gak ngerti! Tapi kalau abang punya pacar, Marsha boleh jadi selingkuhannya bang?"
"Gak boleh sayang, selingkuh itu dosa.." Nathan menyela.
"Abang Nathan diam duluu, Marsha lagi sibuk. Lebih baik abang ke meja dokter cantik itu aja, biar abang gak jomblo lagi. Dokter tampan kok jadi jomblo berkarat kayak Gavin.."
"Iya sayang iyaaa.."
"Gavin belum pulang abang?"
Bagaimana pun, Marsha akan selalu mengingat Gavinnya.
"Coba telpon aja.."
Marsha segera mengambil ponsel Nathan yang terletak di sampingnya. Membuka kode ponsel dengan cepat dan menghubungi kontak bernama 'bapak galaknya Marshaku'
"Haloo Gaviinn.."
"....."
"Iya, Marsha baik kok. Marsha lagi makan sama abang Nathan, sama abang Ghani dan sama abang Mario.."
"...."
"Temannya abang Nathan, tapi abang Mario nya tampan sekali Gavin. Dan Marsha mau abang Mario jadi jodoh nya Marsha. Boleh kan Gavin?"
"Huhh?? Kenapa udah tut tut? Abang gak punya pulsa ya? Apa abang Nathan udah miskin? Gak punya uang lagi abang?"
Sementara yang ditanyai sedang menggigit jarinya gelisah. Mendengar nada panggilan yang diakhiri dengan cepat itu membuat Nathan meremang. Sudah dapat di pastikan, jika si bapak posesif itu sedang emosi dan juga sedang menuju ke rumas sakit tempatnya bekerja.
"Sayang, makannya sudah selesai kan? Kita ke ruangan abang lagi yaa?"
"Abang mau suntik-suntik lagi?"
"Gak kok, sore nanti abang baru suntik-suntik lagi. Tapi kamu kayaknya ngantuk, tidur siang di ruangan abang yaa?"
"Tapi Marsha masih mau liat abang tampan abaaang... Lihat lihat mata Marsha masih segar kan? Gak ngantuk kan? Marsha gak bisa ngantuk kalau ada abang tampan tauuu. Bentar lagi aja ya bang? Atau abang duluan aja deh, Marsha masih mau disini. Menikmati ciptaan Tuhan yang paling sempurna, hihi.. Marsha sudah pandai menggembel.."
Nathan memijit keningnya. Ia mulai pusing dengan keadaan sekarang. Gavin yang sedang menuju kesini pasti dalam keadaan emosi. Dan Nathan tak ingin terjadi keributan disini. Sementara si mungil tak mau di ajak kerja sama. Marsha dengan pria tampan sesuatu yang sulit dipisahkan. Kecuali..
"Gavin udah di jalan loh, dia sebentar lagi sampai. Marsha gak mau ketemu?"
"Huh? Gavin?"
Nathan mengangguk cepat. Membawa nama Gavin memang pilihan tepat. Dunia Marsha bisa dengan mudah dialihkan jika membawa nama Gavin.
"Ayo ke ruangan abang aja. Marsha mau cepat-cepat ketemu Gavin"
"Abang Mario nya gimana?"
Marsha menghentikan gerakannya yang hendak beranjak mendengar pertanyaan Ghani. Dengan dramatis Marsha menatap sedih Mario yang hanya memberikan senyuman manisnya yang hampir saja membuat Marsha mimisan. Iya hampir saja, sebelum suara berat favoritnya memanggil namanya di pintu kantin.
"GAVIIN...!!"
Hup
Marsha dengan cepat berlari ke arah Gavin dan langsung melompat ke gendongan pria yang tampak menahan emosi itu.
"Kamu oke sayang?"
Tanya Gavin sembari mendekap erat tubuh si mungil.
"Gak oke. Marsha rindu Gavin, dan itu gak oke..!!"
"Okay, sorry princess"
"Give me kiss kiss, and sorry accepted. Hihi, Marsha jago bahasa inggris.."
Gavin dengan cepat menyerang Marsha dengan banyak ciuman di wajah mungil nya tanpa peduli sekitar.
"Jadi, mana yang katanya jodoh Marsha? Hem?"
"Oh? Gavin mau kenalan juga? Ayo Marsha kenalin"
Nathan menatap gelisah kedatangan Marsha yang semangat menarik tangan Gavin mendekat ke meja mereka.
"Gavin, abang berdua ini temannya bang Nathan. Yang ini abang Ghani dan yang ini abang tampan Mario. Jodoh nya Marsha, hihi..."
Gavin menjabat tangan kedua rekan abangnya itu dengan wajah datar. Melepas jabatan tangan Ghani dengan cepat dan menjabat tangan Mario dengan kuat. Seakan menunjukkan emosinya dan ancaman.
"Okay, liltle bro. Santai, santai...."
Nathan berusaha menenangkan Gavin yang sudah tampak akan menghajar Mario.
"You know how our liltle girl, bro. Jadi jangan emosi begitu. Mario juga sudah punya pacar dan akan menikah bulan depan. Dan jangan marah ke Marsha, she don't mean it.."
Ghani dan Mario hanya diam saja. Nathan sudah banyak bercerita mengenai adiknya dan si mungil Marsha tadi. Meskipun tidak terlalu paham, tapi mereka mulai mengerti sekarang.
"Dan abang gak yakin, pengertian jodoh di otak kita sama dengan jodoh di otak Marsha.."
Perkataan Nathan membuat Gavin menghela nafas lega.
Benar, ia tak boleh gegabah mengingat cara gadis kesayangannya itu berpikir.
"Marsha mau jodoh nya bang Mario?"
Tanya Gavin kepada Marsha yang sedang sibuk mencicipi kopi hitam Nathan. Sedari tadi sudah bergumam pahit tapi masih saja di minum.
"Eung. Abang Mario tampan, jadi cocok jadi jodohnya Marsha. Gavin mau juga? Marsha mau berbagi kok?"
Dan Gavin kini mengerti arti kata jodoh di otak kecil Marsha.
"Jodoh gak bisa di bagi sayang.."
Sela Nathan belum mengerti.
"Bisa abang. Jodoh itu kan teman hidup, jadi boleh di bagi. Biar nanti teman kita punya teman juga, jadi temannya banyak. Gituuu.."
Maksud teman hidup di otak Marsha adalah teman biasa, benar-benar teman. Bukan sejenis pasangan hidup.
Sementara Mario hanya terbengong tak mengerti. Jus yang sedang di minum Mario keluar begitu saja. Kenapa dirinya sekarang dibagi-bagi? Apa Marsha benar-benar menganggapnya makanan?Hello everyone...
Selamat membaca...
Dan btw...
THANKYUUUU FOR VOTE AND YOUR COMMENT GUYS...
Ternyata vote dan comment itu benar-benar menambahkan semangat penulis. Terimakasih.. ^~^
Ps. Diharapkan sabar menunggu kelanjutannya yaa. Karena saya tidak pasti kapan up nya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...