Without You

1.7K 93 10
                                    

"Bunda, Gavin kapan datangnya?"

Nun jauh di sana pun ternyata keadaanya tidak jauh berbeda. Marsha sedari bangun dari tidur panjang akibat obat tidur yang diminumkan sang ayah agar aman saat dipesawat selalu melontarkan pertanyaan yang sama. Mencari keberadaan Gavin.

Serena jadi merasa bersalah telah membawa Marsha kabur dari pawang posesifnya itu. Apalagi dengan membohongi gadis itu dengan mengatakan jika Gavin akan menyusul mereka. Padahal nyatanya Gavin sendiri tak tau kepergian mereka.

"Hem, mungkin sampai besok atau lusa. Marsha kangen Gavin?"

Marsha mengangguk lalu kembali mendusel kepelukan bunda. 2 hari tak melihat wajah datar Gavin membuatnya rindu berat. Gadis itu bahkan tak bersemangat ketika di ajak jalan-jalan menikmati liburan mereka di negeri sakura itu.

Ya, di negri sakura. Pada akhirnya, Garendra memutuskan membawa Marsha liburan ke Jepang. Mengingat keadaan Marsha yang tak mungkin berlama-lama berada di pesawat dan sedikit banyak khawatir jika diberikan obat tidur dengan dosis tinggi. Garendra tak akan setega itu.

Lagipula, niat memisahkan Marsha dari putra bungsunya sejauh ke benua Eropa sana membuat Garendra berpikir ulang. Bukan karena takut amukan si pawang posesif itu, ia hanya tak tega melihat Marsha menangisi Gavin terus-menerus. Lihat saja, bahkan belum penuh 48 jam mereka berpisah, Marsha hanya mencari Gavin sedari tadi.

"Selamat pagi Princess ayah.." sapa Garendra membuat Marsha segera mengangkat kepalanya dari pundak sang bunda.

"Ayah?"

"Hem? Rindu ayah cantik?"tanya Garendra dengan percaya dirinya melihat betapa antusiasnya Marsha melihat kedatangannya. Dengan mata yang masih berkaca-kaca namun berbinar melihat kedatangannya serta senyum lebar Marsha membuat Garendra terkadang lupa diri.

"Ayah datang sama Gavin?"

Marsha memilih mengabaikan pertanyaan sang ayah dan mencari sosok yang ia tunggu kedatangannya.

"Marsha cari Gavin? Gavin masih kerja sayang, besok atau lusa mungkin baru sampai ke sini. Kita jalan-jalan dulu ya hari ini. Sama ayah dan bunda, mau?"

Marsha menunduk sedih. Airmata yang ia tahan tadi kini sudah merembes keluar membasahi kedua pipinya. Baru kali ini ajakan jalan-jalan terdengar menyedihkan untuknya.

"Ayah ajak Marsha jalan-jalan tapi nanti gak dijual kan?"

Nah kan, otak dramanya mulai bekerja. Entah bagaimana caranya, tetapi cerita-cerita tentang gadis-gadis yang diculik lalu dijual mengalir begitu saja di otaknya.

"Ya Tuhan, apa sih yang otak cantik kamu ini pikirkan sayang?"

Garendra mengekeh kecil sambil mengelus puncak kepala Marsha. Ia selalu dibuat terkagum dengan cara kerja otak Marsha yang selalu di luar biasa itu.

"Kita mau jalan-jalan keliling Jepang, mau sayang?"

"Woaahh, keliling Jepang Yah? Kita lagi di Jepang? Mau ketemu Doraemon, boleh?"

"Boleh dong, emang Marsha mau ngapain ketemu doraemon?"

"Hemm, Marsha mau minta stroberri yang banyak, terus minta pintu ajaib biar Gavin bisa cepat sampai sini. Terus-terus nanti Marsha minta ketemu Nobita, Marsha mau ajarin Nobita biar pintar. Atau Marsha ketemu adek Nobita aja? Kan lucu, imut-imut gitu..."

"Atau ketemu Sinchan aja kali Yah? Sinchan orang Jepang kan Yah? Marsha mau cukurin alis Sinchan kalau ketemu nanti, hihi..."

Garendra menahan tawa, ia hanya terkekeh pelan. Beliau sudah lelah tertawa.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang