What Happen

2K 133 2
                                    

Ini hari ketiga Marsha tak keluar dari kamar dan Gavin yang tak beranjak jauh dari pintu kamar kedua orangtuanya. Setelah kejadian di kafe kemarin, Garendra membawa Marsha pulang dan membawanya masuk ke kamar utama, kamar Garendra dan istrinya.

Hanya kesana ia bisa membawa Marsha. Karena tidak mungkin membawa Marsha kekamarnya di rumah sebelah apalagi ke kamar Gavin tempat Marsha biasa tidur jika menginap. Karena untuk sementara, Marsha tidak boleh melihat dan mendengar sesuatu yang berbau Gavin atau gadis itu semakin kacau dari ini.

Hanya sang bunda dan ayah yang boleh mendekati Marsha. Dan Gavin hanya bisa duduk mendengar suara Marsha dari balik pintu kamar yang tertutup. Gavin akan duduk disana sepanjang hari dan menyusup masuk kekamar saat Marsha sudah tertidur.

Gavin hanya duduk dilantai disamping kasur. Menatap sendu wajah lelap Marsha lalu tak lama menangis. Dan tak jarang tertidur disana sampai Garendra membangunkan dan mengusirnya keluar kamar. Hanya itu yang Gavin lakukan dua hari ini.

Nathan yang biasanya pulang jika akhir pekan memutuskan untuk kembali tinggal dirumah sampai keadaan kembali stabil. Nathan juga ikut merasakan betapa kacaunya adik bungsunya itu. Nathan hanya bisa menatap sedih sang adik karena diberi nasihat atau kata-kata apapun tak akan mampu membuat anak itu bergerak dari pintu kamar orangtuanya.

Nathan bahkan menggeser sofa panjang dari ruang keluarga agar Gavin bisa tidur disana. Karena anak itu bahkan tidur dilantai didepan pintu kemarin malam. Pokoknya Gavin berdiam disana sepanjang hari. Ia bergerak 10 menit dari sana ketika dipaksa bunda untuk mandi. Makan dan minum pun disana dengan paksaan bunda juga. Anak itu bahkan hanya 3 menit dikamar mandi untuk bermetabolisme.

Nathan tak bisa menggambarkan betapa kacaunya Gavin sekarang. Dengan rambut yang acak-acakan dan baju yang tak pernah terpasang dengan benar. Gavin terlihat tak beda jauh dengan orang kurang waras dijalanan. Leo dan teman-temannya datang menjenguk dan berakhir mengejek penampilan Gavin, tapi tak ada yang menertawakan. Dan Gavin mengabaikan teman-temannya. Ia sibuk menempelkan telinganya dipintu dan jika tidak terdengar suara dari dalam, Gavin akan membuka sedikit pintu dan mengintip kedalam. Dan berakhir menangis melihat Marsha yang sering termenung atau menangis didalam sana. Semenyedihkan dan sekacau itu hidup keduanya kini. Nathan dan kedua orangtuanya tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa mengawasi keduanya.

"GAVIINN..."

Dan kembali Marsha berteriak ditengah malam dan menangis meneriaki nama Gavin. Gavin mendengar dari balik pintu dan ikut menangis.

Serena ada disana menenangkan Marsha, tapi gadis itu masih menangis dan meracau tak jelas. Gavin tak tahan lagi mendengar tangisan pilu Marsha menerobos masuk kekamar.

"Sha, sayang? ini Gavin, sini peluk Gavin yaa.."

Marsha menghentikan tangannya yang sedari tadi memukuli kepalanya. Marsha menatap Gavin lama. Gavin mulai mendekat dan hendak memeluk gadis mungilnya itu. Tapi Marsha kembali berteriak dan bergerak menjauh Gavin.

"Gavin pergi.. Gavin pergi.. bunda, Gavin pergi.. tidak boleh bunda..Gavin tidak bunda.. Sha takut, Gavin pergi..."

Dan Gavin melorot terjatuh dilantai menangis meraung memanggil Marsha yang masih meracau tak jelas.

"Gavin tidak pergi Sha, Gavin disini. Gavin tidak pergi..."

Dan Serena hanya bisa ikut menangis menyaksikan kekacauan kedua anaknya itu. Ia merasa menjadi ibu terburuk sekarang karena tak bisa berbuat apapun melihat kekacauan itu.

Garendra mendekati Marsha dan memeluk gadis itu hingga terlelap. Nathan bergerak menarik tubuh adiknya dan membawanya keluar kamar. Memberi pelukan kepada adik bungsunya yang masih menangis dan menyanyikan lagu pengantar tidur waktu mereka kecil hingga Gavin tertidur dipelukannya.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang