Gabriel segera menarik tubuhnya dari pelukan Marsha. Tubuhnya mulai bereaksi melihat Gavin yang berjalan ke arah mereka dengan langkah panjangnya. Gabriel semakin gemetar, tatapan Gavin begitu setan ke arahnya belum lagi rahang tegasnya mengeras.
Astagaa, Gabriel menarik kembali kalimatnya tadi yang mengatakan bahwa ia tidak takut Gavin. Karena sekarang ia bahkan ingin buang air kecil.
Gavin itu dalam keadaan normal saja seram. Apalagi dalam keadaan emosi begini, terlihat seperti psychopat."Gaby mau buang air dulu ya Sha? Sebentar.." Gabriel berdiri hendak melarikan diri.
"Buang air apa Gaby? Gaby kan lagi pegang air?"
Astagaa, kenapa otak tak terpakai Marsha harus bertanya sekarang. Apa ciuman yang ia berikan di kening gadis itu membuat otak itu terbangun?
Astagaa, Gavin sudah semakin dekat ini!!
"Gaby mau pipis Shaa, sebentar.."
Bersiap berlari lagi, tapi tangan Marsha masih saja memegang jarinya. Gabriel kan mana tega menghempaskan tangan mungil itu.
"Jadi Gaby mau buang air apa mau pipis? Kalau buang air dulu baru pipis nanti kelamaan, Marsha gak ada temannya disini.."
"Ada Gavin.." ujar Gabriel singkat, padat dan bergetar.
Gavin sudah berdiri di belakang Marsha tapi tatapan iblisnya belum di hilang kan. Gabriel jadi makin gemetaran.
Marsha menoleh dan langsung terkejut begitu matanya tepat menatap mata Gavin.
"Huaa, kenapa mata Gavin seram?? Kenapa kayak mata momo?!!"
"Momo Twice?"
"Bukann!"
"Momoland?"
"Bukan jugaa ihh!"
"Momo Geisha?"
"Bukan lohh, itu Momo yang seram. Yang matanya besar tapi mukanya jelek itu lohh.."
"Ohh Momo Challenge?"
"Iy..."
"Ekhem!"
"Huaaa, Momo Gavin makin seram. Gaby ayo ajak Marsha larii!!"
"Marshaaa lariii!!!"
Gabriel segera menarik tangan Marsha dan berlari. Keduanya berlari tak peduli arah dan masih bergandengan tangan membuat Gavin makin kesal.
Gavin melangkahkan kaki panjangnya menyusul kemana kedua pembuat onar itu pergi.
Gavin berhasil menyusul mereka meski hanya terlihat dari jauh.
Gavin bisa melihat keduanya berlarian di koridor kelas sambil sesekali menoleh ke belakang. Hingga tak jarang Gabriel atau pun Marsha menabrak sesuatu atau tersandung kakinya sendiri.Seperti sekarang, Gavin bisa melihat Marsha menabrak seorang kakak kelas mereka yang sedang membawa tumpukan kertas yang lumayan banyak.
Jadilah kertas itu terjatuh dan berserakan di lantai koridor.
Gavin melihat Marsha berhenti sebentar lalu menunduk seperti minta maaf.Tapi si kakak kelas yang terkenal si primadona kelas XII itu tampak kesal dan seperti ingin memarahi Marsha.
Tapi Gabriel dengan cepat menarik Marsha ke belakangnya lalu ikut minta maaf dan berniat membantu si kakak kelas mengumpulkan kertas-kertas itu. Tapi begitu menoleh ke belakang, posisi Gavin semakin dekat dan keduanya kembali berlari.
Gavin berhenti dan memungut kertas yang berserak di sekitarnya. Memberikan tumpukan itu ke tangan si kakak kelas.
"Terimakasih Gavin.." ujar si kakak kelas dengan senyuman cantiknya. Biasanya orang-orang yang melihat senyuman itu akan luluh seketika kepadanya. Tapi Gavin
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Dla nastolatkówini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...