"Bundaaaa...!!"
"Bundaa.. Huuuaaaa...!!"
"Astaga sayang? Kamu kenapa hem?"
"Bundaa hiks, Gavin punya pacar bunda hikss.."
"Iya kan kamu pacarnya.."
"Bukan! Marsha tunangannya bukan pacar bundaa hueee..."
"Astagaa, maaf sayang.. Jadi siapa pacar Gavin?"
"Ini bundaa, hiks.. Lihat, tadi Marsha fotoin Gavin lagi sama pacarnya, hiks.. Pokoknya bunda harus marahin Gavin karena punya pacar!! Dan bilang Gavin biar bolehin Marsha punya pacar juga! Marsha pengen punya pacar dari lama sekaliiii, tapi gak di bolehin. Kenapa Gavin boleh? Memangnya Marsha..."
"Ssstt.., itu bukan pacar Gavin sayang.. Itu mbak Dena anaknya tante Ami yang bantuin buat ngurus pernikahan kalian. Kamu lupa sayang?"
"Huh?! Memangnya pernikahannya kenapa bunda? Kok di bantuin? Pernikahannya gak bisa ngurus diri sendiri gituu bunda? Oohh manja, gak mandiri, cemen!"
Serena menahan pekikan geramnya dengan menggigit bibir dalamnya. Sudah mau menikah minggu depan, tetapi tetap saja gadis ini tak berubah.
"Sekarang Gavin dimana? Kamu pulang sama siapa sayang?"
Marsha tidak langsung menjawab pertanyaan sang bunda. Gadis itu malah mencomot tempe yang baru saja Serena goreng. Mulutnya mengunyah sambil mengkerutkan keningnya, pura-pura berpikir.
"Huum, Marsha tadi langsung lari dari butik tante Ami terus masuk mobil terus Marsha lihat-lihat foto Gavin sama pacarnya terus udah sampai rumah terus Marsha nangis panggil bunda terus bunda datang terus bunda tanyain kenapa terus Marsha jawab kala..."
"Sstt, kamu naik mobil siapa?? Gak lihat pak supirnya?" tanya Serena mulai khawatir.
Meski Marsha baik-baik saja sampai di rumah, tapi tetap saja ia khawatir mengingat si gadis itu asal naik mobil tanpa tau siapa pemiliknya.
Marsha menggeleng sambil berusaha mengingat wajah pak supir yang tadi mengantarnya. Tapi tetap saja ia tak ingat. Marsha kan sibuk mengamati foto perselingkuhan calon suaminya.
"SHA!!"
"BUNDAA!! MARSHA KESINI??!"
Serena maupun Marsha terkejut mendengar teriakan yang disertai dengan dobrakan pintu.
Jika saja Serena tidak mengenali suara itu, mungkin ia akan ikut Marsha meringkuk sembunyi di bawah meja makan.
"Bunda? Marsha udah pulang?"
"Tuhh.."
Serena menggerakkan dagunya menunjukkan arah si gadis yang sedang bersembunyi di bawah meja dengan mendekap sepiring tempe goreng dengan kedua tangannya.
"Astagaa.."
"Keluar dari sana Marsha!"
Suara tegas Gavin membuat Marsha berjengkit terkejut, tapi gadis itu masih enggan beranjak.
"Keluar dari sana atau Gavin batalin pernikahannya.."
Serena menatap heran si bungsu yang entah kenapa masih saja menggunakan ancaman itu. Sudah tau Marsha kebal dengan ancaman itu.
"Bunda? Batal itu artinya gak jadi kan? Marsha tidak jadi menikah dengan Gavin gitu kan?"
Tuh kan, gadis malah bertanya yang lain dan jangan abaikan mata berbinar dan ekspresi senang itu. Serena hanya mengangguk.
"Kalau gitu Marsha gak akan keluar!! Hihi, biar nanti Marsha nikah sama Sehun oppa saja atau sama abang Mario atau sama Danny saja. Gavin mirip bapak-bapak galak! Gak seru kalau di ajak joget-joget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Genç Kurguini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...