Mau Tidak??

1.6K 109 2
                                    


Gavin dan Marsha sedang dalam perjalanan pulang. Sedari tadi mereka hanya diam, Marsha takut berbicara melihat ekspresi Gavin yang tampak mengerikan itu. Ini seperti kemarin saat Marsha jalan berdua bersama Dennis. Dan Marsha takut Gavin mendiamkannya kembali.

"Gavin.." ujar Marsha pelan. Dan Gavin hanya menoleh.

"Gavin marah?"

Gavin menghentikan mobilnya begitu tiba dipekarangan rumah mereka. Gavin masih diam enggan menjawab pertanyaan Marsha atau bahkan menoleh ke arah Marsha.

"Marsha masuk yaa. Mandi. Kalau lapar makan baru langsung tidur" jawab Gavin dengan suara pelan tapi terdengar menakutkan bagi Marsha.

"Gavin jangan marah.."

"Masuk Sha, Gavin masih mau disini dulu.."

"Tapi Gavin..."

"Masuk Sha.."

"Gaviinn.."

"MASUK. Aku bilang masuk sekarang"

Dan Marsha dengan gemetar membuka pintu mobil dan keluar pelan. Ia hampir terjatuh jika Nathan tidak cepat menangkap tubuh Marsha dan membawanya masuk kedalam rumah. Nathan dan kedua orangtuanya langsung keluar tadi begitu mendengar suara mobil Gavin, mereka merindukan Marsha yang seharian berada diluar.

Ketiganya masih menunggu Marsha dan Gavin keluar, tapi kedua anak itu masih diam didalam mobil hingga mereka mendengar suara keras Gavin dan Nathan langsung berlari cepat kesana.

"Besok pagi kita bicara, sekarang masuk kekamarmu. Malam ini, Marsha tidur dengan ayah dan bundamu"

Suara tegas Garendra terdengar begitu Gavin tiba di teras rumah tempat ayah dan bundanya menunggu. Gavin terlihat marah namun tatapannya terlihat sendu membuat Serena menghela nafas lalu menarik putra bungsunya itu kepelukannya.

"Istirahat ya sayang. Kamu masih emosi, ayah dan abang kamu juga ikut emosi dengar kamu bentak Marsha tadi. Jadi sekarang tenangin diri dulu, besok pagi kita bicara. Istirahat yaa, selamat malam kesayangan bunda.."

"selamat malam bunda.."

Serena menutup pintu kamar Gavin dan berlalu ke kamarnya memastikan keadaan Marsha. Serena sedikit takut jika Marsha kembali depresi akibat bentakan Gavin tadi, ia tak sanggup jika harus melihat Marsha mengurung diri lagi.

"Marshaa.."

"Bundaaa.."

Serena menghela nafasnya lega begitu mendengar suara riang Marsha dan senyuman manis yang terpampang diwajah gadis mungil itu.

"Makan apa sayang?"

"Makan stoberry bunda, kata ayah ini oleh-oleh pacar abang Nathan. Benar bunda?"

Marsha bertanya sambil sibuk menerima suapan buah strawberry dari Garendra. Gadis itu sedang duduk dipangkuan Garendra sambil menyaksikan kartun pororo didepannya. Serena duduk disamping sang suami lalu mengecup pipi Marsha sekilas.

"Bunda tidak tau itu pacar abang atau bukan, soalnya abang Nathan gak mau ngakuin. Tapi bunda gak suka sama perempuan itu, bunda gak setuju kalau abang pacaran sama dia.."

"kenapa bunda? Dia kan udah bawah oleh-oleh stroberry, berarti dia baik bunda.."

"tidak sayang. dia bawa strawberry karena sering lihat abang beli strawberry dipikir abang suka. Padahalkan abang beli untuk Marsha.."

"ya sudah bunda, yang penting dia bawa stroberry berarti dia baik bun.."

"Tapi dia mirip sama ular yang kemarin ada dikantor ayah loh, Marsha mau punya kakak ipar yang begitu?"

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang