Gavin baru saja memakirkan mobilnya di garasi rumah mereka. Segera setelah mematikan mesin mobil Gavin turun dan berjlan masuk ke dalam rumah. Raut wajahnya tampak kelelahan dan tubuhnya pun sudah sedikit oleng ketika berjalan. Ia sudah lelah dan sangat mengantuk.
Gavin membuka pelan pintu rumah, berharap senyuman atau tingkah absurd Marsha menyambutnya disana. namun yang ia dapati hanya keadaan rumah yang begitu sepi. Tidak ada satu orang pun yang ia temui di ruang tamu ataupun di ruang keluarga mereka. Gavin segera beranjak ke dapur sambil berteriak memanggil Marsha atau sang bunda. Namun Gavin mendapati dapur juga dalam keadaan kosong. Tidak ada bundanya disana yang biasanya jam segini sedang sibuk menyiapkan makan malam.
Lelah mencari di lantai bawah, Gavin berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Membuka pelan pintu kamar karena berpikir Marsha tertidur dan takut gadis itu terbangun karenanya. Tetapi lagi-lagi Gavin mendapati kamarnya sepi dan tidak orang disana. Tidak ada Marsha yang sedang tertidur atau Marsha yang sedang menghambur-hamburkan isi lemarinya.
Gavin membuka pintu kamar mandi dan Marsha juga tidak ada disana. ia kemudian segera beranjak keluar dari kamarnya dan menuju kamar kedua orangtuanya. Dan lagi, Marsha tidak ada disana pun kedua orangtuanya.
"Apa mereka sedang keluar?" Monolog Gavin sambil mengusak wajahnya kasarnya.
Dirinya sudah sangat kelelahan dan ingin segera memeluk si mungil kesayangnyanya. Namun harus ditunda karena gadis mungil itu tidak tau entah dimana sekarang. Tidak biasanya Marsha pergi tanpa memberitahu Gavin atau bundanya yang memberi kabar kepadanya jika membawa Marsha keluar.
Gavin mengambil ponselnya dan berniat menghubungi nomor sang ayah. Namun suara operator yang menjawab panggilan Gavin. tidak menyerah, Gavin mencoba menghubungi nomor sang bunda, dan lagi-lagi suara operator yang menjawab membuat Gavin mengumpat pelan sambil memperhatikan isi pesannya manatau ada pesan dari orangtuanya yang ia lewatkan.
Gavin kembali mengusap wajahnya kasar. Ekspresi khawatirnya tak bisa ia sembunyikan di wajah datarnya seperti biasa. Ditambah lagi dengan rasa lelahnya yang belum hilang, Gavin benar-benar butuh Marsha sekarang. Mengetahui dimana Marsha saja sudah cukup untuknya.
Tak terpikir hendak menghubungi siapapun lagi, Gavin meraih kembali kunci mobilnya. Keuar rumah untuk mencari keberadaan Marsha yang kemungkinan dibawa kedua orangtuanya. Entah itu berbelanja atau ke taman bermain. Gavin akan mencarinya sampai ketemu. Rasa rindunya kepada gadis mungil itu sudah tak terbendung lagi.
Gavin pergi ke taman bermain terlebih dahulu. Karena seminggu ini, Marsha merengek hendak kesana. Namun karena Gavin sibuk di kantornya, jadilah Marsha hanya ditemani kedua orangtuanya kesana.
Seminggu liburan sekolah, Marsha benar-benar tak bisa berdiam diri. Gadis itu selalu merengek hendak pergi liburan. Marsha tak tahan melihat teman-temannya yang sudah pergi memulai liburan semester mereka. Marsha ingin liburan juga. Ditambah lagi si tengil Gabriel kembali memamerkan liburannya kepada Marsha. Dan juga Leo yang tak mau ketinggalan memanas-manasi gadis itu.
Namun Gavin dengan segala kesibukkanya tak bisa mengabulkan keinginan Marsha. Itu semua karena Ayahnya yang malah menyerahkan seluruh tanggung jawab perusahaan ke tangannya. Meski Garendra berkata hanya untuk selama liburan saja, namun Gavin rasanya ingin bongkar otak saja. Baru kali ini ia menyesali terlahir dengan otak cerdas. Ia jadi tak bisa menikmati liburannya. Tak bisa menyenangkan si mungil selama liburan. Dan yang paling penting, ia tak bisa bersama si mungil itu sepanjang hari. Karena di hari kedua Marsha ikut ke kantor, ia mati kebosanan. Jadilah Marsha tak mau lagi ikut jika harus seharian berada disana. Gadis itu lebih memilih menambah kerjaan bunda di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, nona absurd!
Teen Fictionini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal Gavin ada bersamanya. Marsha tidak peduli diejek manja, gadis aneh atau apapun itu asal Gavin tetap disampingnya. Dan Gavin, si 'bapak' pos...