Marsha juara!!

1.7K 116 2
                                    

Marsha merengut kesal sambil melayangkan tatapan tajamnya ke depan, ke arah podium yang sedang ramai dengan kilatan blitz kamera. Pandangannya menatap tajam sosok pria remaja yang sedang menenteng piala dan bunga dengan wajah datarnya. Marsha lalu mengalihkan pandangannya dan menatap sekeliling. Gadis itu kembali merengut melihat betapa antusiasnya orang-orang itu bertepuk tangan dan menatap kagum ke arah podium. Apalagi melihat beberapa orang yang memengang kamera dan mengarahkan ke podium sana.

"Marsha kan juga mau di foto.." Marsha total kesal.

"Mau di tepuk tangan begitu jugaa, kenapa cuma Gavin yang dipanggil sih? Apa bapak sekolah lupa nama Marsha?"

Gabriel yang berada di samping Marsha terkekeh mendengar curhatan gadis itu.

"Marsha harus pintar dulu baru dipanggil ke depan.."

"Tapi Marsha udah pintar Gabby, bahkan melebihi pintar. Marsha jenius tauu.."

"Jenius apanya, nilai matematika mu aja dapat enam.." cibir Gabriel membuat Marsha kembali merengut.

Marsha kembali menatap ke depan dan bertemu pandang dengan Gavin yang masih dengan wajah datarnya. Marsha langsung mencebikkan bibirnya menunjukkan betapa kesalnya ia sekarang. Dan Gavin terkekeh hingga menunjukkan deretan giginya membuat suasana jadi heboh. Siswi-siswi berteriak heboh karena melihat Gavin terkekeh meski hanya sebentar. Jarang-jarang Gavin tersenyum di depan umum apalagi terkekeh begitu.

"Ini bibir kenapa maju-maju begini, hem?" Tanya Gavin sambil menarik pelan bibir bebek Marsha.

Gavin sudah turun dari podium diikuti kedua orantuanya yang turut hadir untuk mendampingi anak kebanggaan mereka. Ketiganya lalu duduk kembali disamping Marsha yang masih tampak sedih itu.

"Anak Ayah kenapa sedih begini? Ada yang jahatin kamu sayang?" tanya Garendra khawatir. Marsha menggeleng.

"Marsha sedih ayah. Marsha kan pintar dari kandungan ayah, Marsha itu jenius dan lebih pintar dari Gavin. Tapi kenapa Marsha gak ikut di panggil ke depan? Dikasih piala sama bunga kayak Gavin? Marsha kan juga mau piala kayak gitu, apalagi bunganya. Marsha suka sekali.Tapi Marsha gak kebagian. Apa bapak kepala sekolahnya lupa nama Marsha ya Ayah?"

"Marsha juga mau di foto-foto kayak artis gitu, terus teman-teman tepuk tangan terus bilang 'wwooaaahh' begitu. Tadi Gavin kayak artis gitu, Marsha juga mauu... padahal Marsha lebih cantik, lebih pintar, Marsha juga baik hati dan murah senyum. Gak kayak Gavin yang gak mau tersenyum, mirip semut peliharaan Marsha. Harusnya Marsha yang dapat piala, iya kan ayah?" cerocos Marsha mengeluarkan keluh kesal yang ia tahan sejak tadi.

Garendra dan Serena tertawa pelan, beberapa orang didekat mereka juga ikut terkekeh mendengar curhatan Marsha dan Gavin hanya tersenyum tipis berusaha menahan agar bibirnya tidak naik lagi.

"Sayangnya Ayah memang yang paling pintar.." puji Garendra sambil pudak Marsha mendekat dan mengelusnya sayang.

"Piala sama bunga kamu ada di rumah sayang. Nanti kita foto-foto di rumah saja, oke?"

"Benar ayah?"

"Beneran dong. Tanya aja Bunda kalo gak percaya.."

"Benar bunda?" Tanya Marsha memutar tubuhnya menghadap Serena.

"Benar sayang. Sekarang kita foto lagi aja dulu, setelah itu kita pulang dan foto lagi dengan piala Marsha.."

"Oke bunda. Gavin ayo foto lagi.."

Seruan antusias Marsha membuat bibir Gavin semakin naik. Dengan cepat ia meraih tangan Marsha dan membawanya mendekati podium. Memposisikan Marsha berdiri tegak berhadapan dengannya. Mengabaikan pandangan bingung orang-orang yang untung sudah mulai sepi.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang